Jumat, 20 Juli 2012

Analisa pengaruh kemenangan Jokowi nanti dalam pilgub DKI pada konstelasi politik nasional

by tm2k

Eng ing eeeng...saya mau sedikit kultwitkan pembicaraan saya dengan seorang senior saya yang analis senior di salah satu badan intelejen. Tadi sekitar jam 19.00 saya di telpon oleh senior tersebut dan tanya : "kamu sudah yakin jika Jokowi menang akan lebih baik bagi indonesia?"  Saya jawab dengan mantap : "Ya. Benar Pak". Senior itu balas tanya : "sudah dianalisa secara mendalam? Jangan hanya untuk Jakarta saja !" Saya kaget dapat pertanyaan senior itu. "Kenapa Pak? Apakah ada pengaruh kurang baik untuk Indonesia secara nasional?" tanya saya. Dia lalu jawab : "coba kamu fikirkan korelasi euforia kemenangan Jokowi nanti dengan sikap rakyat Indonesia pada regim SBY secara nasional ya, coba deh kamu fikirkan baik2 ya..nanti kita diskusikan jika kamu sudah siap". "wah..ini PR besar" kata saya dalam hati

Saya belum kaji dan analisa pengaruh kemenangan Jokowi nanti dalam pilgub DKI pada konstelasi politik nasional. Saya masih fokus pada Jakarta saja.  Bagi saya, kemenangan Jokowi bawa banyak makna. Diantaranya : kemenangan Jokowi adalah refleksi kemenangan rakyat atas penguasa (Foke). Kemenangan Jokowi juga adalah kemenangan hati nurani dan akal sehat melawan uang, intimidasi, kekuasaan dan birokrasi. Kemenangan Jokowi adalah kemenangan "desa" melawan "kota". David vs Goliath. Kebaikan kalahkan kejahatan dst..dst.. Kemenangan Jokowi (nantinya) akan bawa pengaruh nyata pada konstelasi politik nasional. Walikota dari kota kecil bisa jadi Gubernur  Ibukota RI. Jokowi si Walikota ndeso dari Solo yang berpenduduk hanya 550 ribu bisa jadi Gubernur Kota yang berpenduduk 10 juta jiwa. Menang telak lagi!

Bagi saya tidak terlalu terlalu berpengaruh adanya figur Prabowo, Megawati atau partai PDIP dan Gerindra di belakang Jokowi misalnya. Toh sama saja kok. Fauzi Bowo juga dibelakangnya ada SBY, Demokrat, tokoh2 besar dan partai2 lain. Sami mawon. Semua tergantung figur. Pemenang Pilgub atau pilpres lebih dominan ditentukan sosok figur yang diajukan atau diusung. Partai2 hanya sebagai syarat formal pencalonan. "mesin partai", kader dan jaringannya sudah terbukti tidak begitu efektif meski masih ada pengaruhnya, namun tidak terlalu dominan. Rakyat pemilih lebih menilai figur Cagub atau pilpres dalam menentukan pilihan,  partai2 & tokoh2 pendukung hanya seperti "backing vocal". Pemilih tidak terlalu pedulikan atau perhatikan siapa yang mendukung atau partai mana yang mengusung figur calon tersebut. Rakyat sudah cerdas! Namun tentu tetap saja ada pengaruhnya bagi para tokoh dan partai yang menjadi pendukung calon tertentu itu. Sebagai ujian pengaruh mereka.

Seperti pilgub DKI misalnya. Jika Foke kalah, sudah dapat dipastikan Demokrat akan merasa pamornya mulai surut. SBY cs sudah kehilangan pesona. Sebaliknya PDIP dan Gerindra merasa ini sebagai batu loncatan untuk raih suara lebih besar pada pemilu 2014. Prabowo akan semakin pede. Jumlah Pemilih Jakarta meski tak sampai 5% dari total pemilih Indonesia, dapat dijadikan barometer pada pemilu/pilpres 2014 nanti. Setidaknya, hasil pilgub DKI akan dijadikan "jualan" bagi partai2 yang calonnya keluar jadi pemenang dan jadi trend topik di media2. Dan jika akhirnya, PDIP & Gerindra meraih suara besar pada pemilu 2014 serta Prabowo nantinya bisa menang pada pilpres, kenapa rupanya? Bukankan suara rakyat adalah suara Tuhan? Toh selama 8 tahun terakhir ini PD dan SBY gagal wujudkan kesejahteraan rakyat hehehe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar