Minggu, 15 Juli 2012

Dugaan korupsi dalam pelaksanaan PRJ

by TM2K

Enaknya kita bahas korupsi Foke terkait dengan pelaksanaan Pekan Raya Jakarta. Kita pakai data tahun 2011 saja. Berapa negara dirugikan. Tahun 2011 jumlah pengunjung PRJ 3.8 juta dengan tiket masuk 15-20 ribu/orang = Rp. 65 milyar. Dari sewa konsesi 2500 tenan, 30 juta/tenan. Didapat angka 75 M. Lalu dari fee transaski yang kita asumsikan saja 2.5 Triliun x 5 % = 125 M dan pendapatan iklan dll = Rp. 100 M. Total minimal pendapatan PRJ tahun 2011 = 365 Milyar. Anggap pajak rata2 dan biaya total 50 % = Rp. 182.5 M untung bersih PRJ. Untung bersih PRJ 182.5 M ini adalah keuntungan minimum. Realitasnya bisa lebih besar sampai 2 kali lipat. Lalu berapa dividen DKI?

Pemprov DKI punya saham 13% di PRJ atau punya hak atas dividen min : 23.8 Milyar dan punya hak atas royalti karena PRJ itu milik DKI. Kenyataannya berapa yang diterima Pemprov DKI pertahun? NOL ! Kenapa bisa? PT. JIEC bilang merugi atau dengan alasan dividen di-reinvestasi. Sudah lebih 10 tahun Pemprov DKI tidak menerima sesen pun dari PRJ /PT. JIEC yang dikelola Hartati Murdaya Poo. Kenapa bisa begitu?? Kerugian setiap tahun yang masih dibukukan oleh JIEC selaku pelaksana PRJ disebabkan karena adanya utang kredit 1.5 Triliun di Mandiri. Utang JIEC 1.5 triliun itu agunan kreditnya adalah tanah negara seluas 33 ha di Kemayoran. Tapi uang kreditnya bukan untuk modal JIEC. Uang dari bank Mandiri 1.5 Triliun itu hanya 200 M yang digunakan sesuai proposal kredit ke Bank Mandiri. Sisanya untuk kepentingan PRIBADI.

Dari uang kredit 1.5 triliun dengan agunan tanah negara itu, sebagaian digunakan Hartati u/ takeover 30% saham PT. Metropolitan Kencana. Sebagian lagi digunakan untuk menyuap pejabat2 Bank Mandiri, pejabat2 setneg, Pejabat2 Pemprov DKI dan untuk pemilu/pilpres 2004. Lalu siapa yang harus bayar utang pokok dan bunga dari kredit 1.5 Triliun pada 2003/4 itu? PT. JIEC!! Itu sebabnya JIEC selalu RUGI. Dengan alasan merugi dan biaya reinvestasi itu, JIEC selalu menghindar bayar dividen ke kas Pemprov DKI. Padahal saham DKI hanya 13%. Penentuan saham pemprov DKI yang hanya 13% itu juga penuh kolusi & korupsi. Pemprov DKI sebagai pemegah hak paten PRJ dan tanah pun dikadali.

Kasus tunggakan dividen PRJ ke pemprov DKI itu sudah berlangsung ber-tahun2 tapi tetap saja DKI "kalah" lawan Hartati /JIEC. Kenapa? Krna Fauzi Bowo adalah otak dibalik kolusi dan korupsi ini. Foke adalah kadis pariwisata & sekprov ketika niat jahat itu dilaksanakan. Foke juga yang punya peran sentral ketika pengelolaan PRJ ditakeover dari Edwar Suryajaya cs ke Hartati. Foke dan Hartati masih keluarga. Keponakan atau sepupu istri Foke yang anak Sudjono Humardani penasihat spiritual dan aspri Suharto kawin dengan sepupu Hartati. kasus korupsi Hartati di PRJ/JIEC terutama terkait penggelapan tanah negara 33 ha di Kemayoran dan kredit 1.5 Triliun harus dibongkar. Dari kasus pengusutan korupsi itu akan diketahui kemana uang 1.5 triliun itu mengalir. Selain untuk takeover saham MK, kemana saja? Jika perlu KPK segera sita asset PT MK yang saat ini bertebar di lokasi2 strategis di Jakarta. Juga akan diketahui suap pejabat2 lain. 

Budiono saat itu Menkeu, Bambang Kesowo saat itu Mensesneg, Sutiyoso saat itu Gubernur, SBY saat itu Menkopolkam dan baru dirikan PD. Pintu masuk KPK usut korupsi ini adalah pada Foke. Makanya dia harus didukung jadi mantan Gubernur DKI agar kasus ini terbongkar habis. Seluruh Warga DKI dan rakyat Indonesia harus dukung penuh pengusutan korupsi triliunan dan penggelapan tanah negara ini. Kita sebagai rakyat sudah muak lihat para pejabat2 berhati iblis menguasai negara ini dan berpesta pora diatas penderitaan rakyat. Apakah rakyat Indonesia dan warga DKI mau tetap diperdaya dan di-bodoh2in oleh pejabat korup seperti Foke? Kalau saya ogah!! Selain korupsi2 tadi, masih banyak korupsi di Pemprov DKI yg rugikan negara triliunan rupiah yang dilakukan oleh Foke Cs. Dukung KPK usut. Mari kita seret pejabat2 korup ke penjara dan kalau perlu kita kirim ke Nereka. Amiin. Sekian dan terima kasih. Merdeka!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar