Sabtu, 11 Agustus 2012

Kisah Djoko Susilo & Spri Polwan

by kusuma_putri99


Irjen Djoko Susilo selalu punya staf pribadi (Spri) wanita yang mempunyai tugas tambahan “khusus” di samping tugas2 dasar dan utama layaknya seorang Spri di kepolisian. Tercatat ada 3 anggota Polwan yang pernah mendamping Djoko menjabat Direktur Lalulintas Polda Metro Jaya, Direktur Lalulintas Mabes Polri, dan Kakorlantas Polri. Yaitu Polwan Brigadir Dedeh, Polwan Brigadir Ita dan Polwan Brigadir Tiwi.

Yang dimaksud tugas “khusus” ini adalah mengatur dan mengelola dana taktis untuk menunjang kelancaran “tugas” sang komandan, Djoko Susilo. Dana taktis yang dikelola para Spri ini dapat mencapai puluhan miliar setiap bulannya. Saat Djoko menjabat sebagai Direktur Lalulintas Polda Metro Jaya selama 4 tahun (2004-2008), Spri Djoko seorang Polwan bernama Dedeh.

Spri yang bernama Dedeh ini adalah wanita yang tidak bisa disebut manis, apalagi cantik. Dengan tubuh kurus, wajah kuyu, hidung ga mancung, dan wajah yang “kurang menarik” dilihat. Entah apa yang membuat Dedeh begitu sangat “dipercaya” Djoko Susilo. Tapi pasti Djoko punya alasan tersendiri mengapa memilih Spri yang wajah dan berpenampilan sangat biasa saja. 

Yang pasti, Dedeh menjadi Spri Direktur Lalulintas Polda Metro Jaya sekitar 8 tahun lamanya. Dedeh sendiri sudah menjadi Spri Direktur Lalulintas Polda Metro Jaya sejak tahun 2000. Yaitu ketika Direktur Lalulintasnya masih dijabat Kombes Sulistyo Iskak yang lantas naik menjadi Wakil Direktur Lalulintas Mabes Polri, lalu menjabat Wakil Kepala Divisi Humas Mabes Polri kemudian menjabat Kapolda Lampung menggantikan Brigjen Edmon Ilyas yang “tersandung” kasus Gayus Tambunan. Saat ini Sulistyo Ishak berpangkat Inspektur Jendral (Irjen).

Setelah Dedeh menjadi Spri-nya Sulistyo Ishak yang kemudian diganti Djoko Susilo, tetap saja Dedeh yang bertugas sebagai Spri Direktur Lalulintas Polda Metro Jaya. Tugas “khusus” Dedeh saat menjadi Spri di Polda Metro Jaya adalah MENERIMA SETORAN UANG dari para “rekanannya” Komandan Djoko Susilo. Seperti dari bos-bos para biro jasa terkait pengurusan SIM/STNK/BPKB dll. Juga terima dari para pengusaha dealer kendaraan mobil/motor dalam soal pengurusan terbitnya STNK dan BPKB baru. Dedeh juga menerima setoran dari calo khusus para pengusaha cina2 kaya & pengusaha pribumi terkait pengurusan nopol cantik dan nopol khusus.

Djoko kerap menyebut para “rekanan” itu adalah “Stake Holder” disamping Stake Holder resmi terkait lalulintas seperti Pemprop DKI, Dinas Perhubungan DKI, Dinas LLAJ dan Dinas PU. Setoran yang diterima Djoko melalui Spri bernama Dedeh ini SETIAP HARI bisa mencapai 2 Miliar Rupiah. Bayangkan! 4 tahun Djoko menjabat sebagai Direktur Lalulintas Polda Metro Jaya. Belum lagi setoran dari Kabag SIM Kompol Gatot Subroto maupun dari Kabag Regindent, Kabag STNK, Kepala Urusan (Kaur) Mutasi, Kaur Cek Fisik dll dll. DASYAT!

Namun Spri Dedeh bukan hanya bertugas “khusus” menerima setoran. Dedeh juga bertugas menyalurkan setoran tersebut walau hanya “remah-remahnya” saja ke para atasan Djoko yang layak diberi upeti. Seperti kepada : Irjen Firman Gani, Irjen Adang Firman dan Irjen Wahyono selaku Kapolda Metro Jaya. Sebab selama 4 tahun Djoko menjabat Direktur Lalulintas Polda Metro, dia melintasi 3 Kapolda yang disebut tadi.

Wakapolda pun menerima setoran Djoko pula. Diantaranya Brigjen Raziman Tarigan, Inspektur Pengawas Daerah (Irwasda) Polda Metro Jaya juga wajib “disetor” Djoko. Demi terjalinnya hubungan baik dan “kelancaran pengawasan” Irwasda ke jajaran Direktorat Lalulintas Polda Metro. Selain itu, “setoran wajib” juga harus diberikan Djoko kepada atasannya di Mabes Polri, yaitu Direktur Lalulintas Mabes Polri Brigjen Yudi Susharyanto, Wakil Direktur Lalulintas Mabes Polri Kombes Sulistyo Iskak. Tidak boleh lupa pula, Kapolri, Wakapolri dan Inpektur Pengawasan Umum (Irwasum) Mabes Polri wajib pula “disetor” Djoko.

“Setoran” Djoko kepada Irwasum demi terjalinnya hubungan baik & “kelancaran pengawasan” Irwasum ke jajaran Direktorat Lalulintas Polda Metro. Bukan hanya itu, Djoko yang sangat terkenal “murah hati” kerap membantu biaya operasional jajaran direktorat lain, seperti reserse, Sabhara (Samapta), Brimob baik di lingkungan Polda Metro maupun Mabes Polri. Djoko juga kerap “membantu” para seniornya yang kebetulan sedang non-job karena terkena “sanksi administrasi” maupun yang sedang menjalani pendidikan. Djoko juga dengan senang hati “membantu” para seniornya yang walau sedang menjabat pejabat Polda (Kapolda / Wakapolda) tapi di daerah2 yang “kering”.

Di luar itu semua, Djoko tergolong “komandan” yang sangat royal terhadap anak buahnya di jajaran Dir. Lalulintas Polda Metro yag dipimpinnya itu. Termasuk membangun infrastrutur dan instrumen maupun komponen pendukung di Ditlantas Polda Metro. Seperti pembangunan gedung Ditlantas Polda Metro (Gedung Biru), gedung Samsat Polda Metro dan gedung TMC Polda Metro.

Di era Djoko menjabat sebagai Dirlantas Polda Metro Jaya pula, berkat kepiawaian Djoko “menjalin hubungan baik” dengan para “stake holder”, jajaran polantas Polda Metro Jaya mendapat “bantuan” puluhan motor besar jenis Harley Davidson type Electra Glide, Yamaha type FJR 1300P dan Honda type Goldwing GL1800 yang kelasnya di atas 1.000 CC dari para pengusaha, di samping bantuan resmi Pemprop DKI di era Gubernur Sutiyoso. 

Sayangnya, di era Direktur Lalulintas Polda Metro Jaya dijabat Kombes Roike Lumowa (2010) dan penggantinya Kombes Sigit (2011) puluhan motor-motor gede itu berkurang. Khususnya belasan moge merek Harley Davidson pelan-pelan “menghilang” sama sekali dari jajaran Ditlantas Polda Metro Jaya. Kabarnya belasan moge merek Harley Davidson milik Ditlantas Polda Metro Jaya itu “dipindahtangankan” secara illegal.

Apakah bekerja sama dengan PT Mabua Harley Davidson (Mabua HD)? Bagaimana caranya ? Caranya dengan memanipulasi faktur/invoice sebelumnya dari motor-motor Harley Davidson yang sudah terjual oleh PT Mabua HD terlebih dulu? 

Lalu apa dan bagaimana kaitannya dengan Kompol Gatot Subroto selaku Kasie STNK Polda Metro Jaya ??? Apa peran Kompol Gatot Subroto? Kompol Gatot Subroto ini sangat dekat dengan SBY karena dia adalah bendahara di Masjid Cikeas. Jabatan Gatot sebelumnya adalah sebagai Kasie SIM 2004-2010, setelah itu menjabat Kasie STNK, dua jabatan yang sama2 “basah”. Santer terdengar kalau jabatan Kompol Gatot Subroto sebagai Kasie STNK ini akan dipertahankan hingga 2014. Maklum karena dia dekat dengan salah satu Kasir Cikeas, terkait siapa Gatot Subroto ini sudah disinggung sebelumnya. Dengan diusutnya kasus korupsi Simulator SIM oleh KPK, Kompol Gatot Subroto saat ini selalu “parno” takut dibidik KPK hehehe

Sekarang kita bahas lagi tentang Djoko Susilo, Djoko juga siap setiap saat “berbelas kasihan” kepada ratusan wartawan. Walau "belas kasih" itu hanya secuil atau seujung kuku saja dari semua “pemasukan” Komandan Djoko. Urusan-urusan ke wartawan ini pun ditangani sang Spri Polwan kebanggaan Djoko yang bernama Dedeh ini. Pokoknya semua urusan “keluar-masuknya” uang diatur Dedeh yang sudah “mengabdi” sebagai Spri selama 8 tahun itu. Singkatnya, upeti Djoko untuk semua itu dalam bentuk persentasenya setiap bulan, kira-kira: 15% untuk para petinggi Polda, 20% untuk para petinggi Mabes, 10% untuk senior-senior, 10% untuk “bantu” operasional reserse, Samapta, Brimob, 15% untuk operasional Ditlantas Polda Metro, 1% untuk para wartawan, sisanya, “Yah jatah komandan-lah..hehehee”

Makanya jangan heran bin kaget kalau Djoko bisa punya rumah mewah dan megah bernilai miliaran di Solo, Jokja dan Leuwinangung Depok yang lokasi rumahnya hanya berjarak 300 meter dari rumah seniman Iwan Fals itu.

1% “anggaran” setiap bulan untuk wartawan itu terbagi-bagi ke dalam wartawan harian nasional, harian lokal, wartawan elektronik online dan televisi, maupun wartawan bodrek. Walau masih ada wartawan yang tergolong steril dari “belas kasihan” Djoko, tapi banyak juga yang menerima “belas kasihan” Djoko itu. Bahkan level redaktur, redpel & koordinator liputan (korlip) di media cetak & elektronik, cukup banyak yang menerima “belas kasihan” Djoko. 

Khusus untuk wartawan bodrek, supaya “tertib” dalam menerima “belas kasihan” Djoko, setiap hari Sabtu mereka dikumpulkan. Mereka dikumpulkan di gedung Humas Polda Metro Jaya. Ratusan wartawan bodrek dari berbagai penjuru kota. Setiap hari Sabtu mereka datang berkumpul di gedung Humas Polda Metro untuk menerima “belas kasihan” Djoko itu. Besarannya bervariasi mulai Rp 100 ribu sampai Rp 200 ribu. Tradisi berkumpul setiap Sabtu pagi para wartawan bodrek masih berlangsung sampai sekarang!

Tradisi “Sabtu Pagi” yang mana ratusan wartawan bodrek berkumpul di gedung Humas Polda Metro awalnya digagas, dikonsep dan dikonkritkan pelaksanaannya oleh salah satu “anak buah” kesayangan Djoko, yaitu AKBP Crisnanda Dwi Laksana. Saat ini Crisnanda menjabat Direktur Lalulintas Polda Riau yang dijabatnya sejak 2009 dengan pangkat Komisaris Besar (Kombes). Crisnanda ini perwira polisi pertama yang meraih gelar doctoral. Mungkin kecerdasan Crisnanda karena bergelar Doctor yang membuat Crisnanda menjadi perwira “kesayangan” Djoko, di samping “kesuksesannya” mengatur ratusan wartawan bodrek.

Tradisi “Sabtu Pagi” ratusan wartawan bodrek berkumpul di gedung Humas Polda Metro untuk menerima “Belas Kasihan” Djoko itu bertujuan supaya mereka tidak hilir mudik lalu lalang di Gedung Biru alias markasnya Djoko di gedung Direktorat Lalulintas Polda Metro. Maka Joko memerintahkan Crisnanda untuk “mengatur” ratusan wartawan “illegal” itu. Puluhan wartawan media cetak dan elektronik yang memang bekerja di media yang jelas terbit setiap hari agak berbeda “pelayanannya” oleh Djoko. Rasa “Belas Kasihan” Djoko pun berbeda terhadap para wartawan bermedia jelas ini. Beda pula Djoko ke bodrek. Namun bagi Djoko, semua perbedaan rasa “Belas Kasihan” itu, tidak boleh melebihi 1% dari seluruh “pemasukan” yang diterima Djoko. Bagi Djoko, “Semua sudah terbudget dengan sistem yang jelas dan tegas”. Begitu kira-kira prinsip Djoko.

“Pemasukan” Djoko Susilo 2 Miliar Rupiah setiap hari dikalikan 25 hari kerja (Senin-Jumat), artinya 50 Miliar Rupiah setiap bulan “pemasukan” Komandan Djoko. Kalau 1% setiap bulan berarti 500 juta yang Djoko berikan bagi semua wartawan-wartawan itu. “Sudah banyak sekali untuk para nyamuk-nyamuk pers sontoloyo itu,” begitu kira-kira yang dipikirkan Djoko. Setelah Djoko mendapat promosi jabatan menjadi Wakil Direktur Lalulintas Mabes Polri usai menjalani Sespati dengan nilai Ranking 1. Posisi Direktur Lalulintas Polda Metro Jaya digantikan Kombes Condro Kirono. Posisi Dedeh pun turun menjadi Spri Kabag Registrasi dan Identifikasi (Regident) Ditlantas Polda Metro Jaya.

Posisi Dedeh digantikan Polwan Brigadir Ita. Namun ketika Dedeh masih menjabat Spri-nya Djoko, Ita pun sudah kerap membantu tugas Dedeh sehari-hari. Tapi posisinya hanya sebagai staf pembantu-nya Dedeh saja. Walau tubuh Polwan Ita tergolong tidak tinggi, namun Ita berparas manis dan enak dilihat. Kulitnya putih langsat. Ita tergolong terampil menjalani “tugas khusus” seperti yang se-hari2 dilakukan Dedeh.

Sejak Djoko menjabat sebagai Wakil Direktur Lalulintas Mabes Polri, Djoko “memilih” Polwan Brigadir Tiwi sebagai Sprinya dengan pangkat Kombes, Kemudian Djoko naik jabatan sebagai Direktur Lalulintas Mabes Polri dengan pangkat Brigjen, kemudian naik jabatan lagi sebagai Kepala Korps Lalulintas(Kakorlantas) Polri dengan pangkat Irjen.

Selama 4 thn Djoko menjadi petinggi di Mabak II (sebutan untuk markas Ditlantas Mabes Polri), Djoko selalu mempercayakan berbagai “tugas-tugas khusus” kepada Polwan Brigadir Tiwi. Mirip dengan profil Dedeh, Tiwi pun tergolong Polwan yang berwajah biasa saja. Postur tubuh Tiwi pun biasa saja. Padahal kita tau sendiri begitu banyak Polwan cantik yang bertugas di lingkungan Lalulintas Polri. Tapi Djoko memang selalu memilih Spri yang berwajah sangat biasa, sehingga Djoko pun dikenal sebagai pria yang tidak “mata ke ranjang”, yang mudah “jelalatan” dan memanfaatkan jabatan untuk “memainkan” para wanita yang menjadi anak buahnya. Yang jelas setiap Spri pejabat Polri termasuk Djoko HARUS seorang Polwan.

Harian Jawa Pos dan INDO POS pernah memuat berita di halaman 1 tentang Tiwi. Dalam berita itu disebutkan dari sumber anonim kalau Tiwi adalah karyawan sipil (PNS). Sebuah KETOLOLAN kalau wartawan hanya percaya 1 sumber anonim, tanpa mengecek ke berbagai sumber lain. Padahal Spri polwan yang sangat biasa saja hanya kamuflase Djoko saja supaya tidak terlihat kalau Djoko pun sama saja dengan laki-laki lain, khususnya perilaku para pejabat korup di negeri ini!!! Djoko hanya munafik saja.

Aslinya pun menyukai perempuan berwajah cantik dengan tubuh bahenol!!! Djoko munafik??? Sangat Bisa Jadi bung!!! Sebab Djoko pun punya peliharaan seorang mahasiswi kampus di kawasan Depok. Mahasiswi cantik ini bertahun-tahun “dipelihara” Djoko hingga hamil dan mempunyai anak. 

Rahasia Besar Djoko Susilo yang tertutup rapat dimana dia sangat terkenal sebagai Suami Setia yang sangat mencitai Isterinya ini begitu KHAWATIR dan salah tingkah ketika dia tahu salah seorang wartawan bodrek mendapatkan foto sang mahasiswi peliharaannya itu beserta anaknya buah janin Djoko Susilo. Wartawan bodrek itu "berhasil" memotret rumah yang dikontrakkan Djoko untuk mahasiswi dan anaknya tsb.

Pembongkaran "Rahasia Besar" Djoko itu terjadi sekitar thn 2008, ketika Djoko siap2 naik jabatan menjadi Wakil Direktur Lalulintas Mabes Polri. Kontan Djoko mengeluarkan jurus bangau..eh "UANG" untuk mengamankan wartawan bodrek tersebut...ciaaatt...  Tapi apa lacur...rasa solidaritas wartawan bodrek tsb memang besar. Dia tidak mau menerima "Belas Kasihan" Djoko yang sangat besar itu. "Rahasia Besar" Djoko tsb lalu "dibocorkan" oleh wartawan bodrek tsb ke sesama wartawan, kemudian Djoko pun akhirnya terpaksa "menaikkan" rasa "Belas Kaihan"nya kepada wartawan bodrek tsb.

Sejak saat itu Djoko "merangkul" bahkan "memanjakan" mereka seperti kepada senior Djoko sendiri. Bahkan seperti kepada para atasan Djoko sendiri saking takutnya rahasia tsb dibongkar, tapi dengan "wanti-wanti" berkali-kali yang terus2an disampaikan Djoko "Mohon Supaya Dijaga Rahasia Besar Ini!"

Padahal Djoko hanya menaikkan rasa "Belas Kasihan” kepada wartawan tsb dari 1% menjadi maksimal 1,5%, Coba hitung...kalau masing-masing Direktorat Lalulintas "menyetor" setidaknya 2 M setiap bulan dikalikan 33 Direktorat Lalulintas yang ada di 33 Polda, artinya Djoko menerima "setoran" setidaknya 66 M setiap bulannya. Kalau 1,5% dari 66M itu yang "dianggarkan" Doko bagi para wartawan, artinya rasa “Belas Kasihan" Djoko tsb sebesar 990 juta per bulan.

"Nyamuk-nyamuk pers itu memang tolol dan langsung dengan senang hatinya kalau dibagi uang seujung kuku aku" begitu kira2 pikir Djoko. Para wartawan bodrek itupun menurut saja. Selagi susu sapi mengalir lancar, selama kran air mengalir deras dan kran air ini bisa dibuka kapan saja. Why not ??

Kami akan tetap menjaga "Rahasia Besar Anda Komandan Djoko!!!", begitu kira-kira yang terlontar dari mulut kerongkongan kelompok wartawan bodrek / "illegal" ini. Tapi sialnya, dalam hitungan waktu beberapa bulan, wartawan dengan media resmi pun mendapat bocoran "Rahasia Besar" Djoko ini yang memelihara bahkan menjalin percintaan "terlarang" dengan sang mahasiswi cantik itu. Akibatnya...Djoko pun "bekerja keras" merangkul para wartawan bermedia resmi tersebut.

Baik wartawan bodrek, 1/2 bodrek maupun wartawan utuh yang benar-benar berprofesi sebagai wartawan, Tapi para wartawan ini tidak sadar...bagi Djoko, wartawan urusan sepele yang tidak penting sama sekali. Setiap bertemu, cukup berikan uang 1 juta, 2 juta, atau 3 juta...selesai sudah persoalan.

Tapi kemudian Djoko bertemu lawan tangguh, Bambang Sukotjo yang sudah ditipu dalam proyek Simulator SIM. Bambang dipukuli dan kemudian disita tanah dan rumahnya. Terakhir Bambang Sukotjo dijebloskan ke dalam penjara. Kali ini Bambang Sukotjo berontak melawan sejadi-jadinya. "Perlawanan" Bambang Soekotjo ini didukung oleh Abraham Samad dkk di KPK. Irjen Djoko Susilo ketemu batunya! Dia dijadikan TERSANGKA oleh KPK! Nama baik Djoko hancur, karir Djoko hancur, pupus sudah TB1-nya. Dan kini Djoko Susilo harus menyiapkan mental, hati dan pikiran dalam menghadapi masa-masa di penjara KPK. 

SEKIAN "Kisah Djoko Susilo dan Para Spri Polwan" ini...semoga mencerahkan...kalau ada info baru akan di-share...tks yang sudah menyimak. 

Dugaan Korupsi GIP

by tm2k


Eng ing .. eeng .. saya akan kultwitkan sekilas tentang dugaan korupsi Gus Irawan Pasaribu sebesar Rp 334 miliar pada saat memimpin Bank Sumut. GIP ini adalah Bakal Calon Gub Sumut, yang digadang-gadang dan menurut beberapa survey Media cetak di Sumut sebagai Calon Gub terpopuler. GIP ini terkenal sebagai sosok yang cukup ambisius dalam jabatan tertentu, sehingga tidak heran kalau bakal calon Gub Sumut yang satu ini dituding sudah curi start kampanye dengan berbagai model dan bentuk baliho yang terpasang. Baik dalam bentuk plank, spanduk dan tenda becak bermotor di berbagai penjuru Kabupaten Kota di Sumut.

 Euphoria politik dan KTT alias Ke Pede’an Tingkat Tinggi yang membalut obsesi dan ambisius Gus Irawan menjadi Gub Sumut dinilai sejumlah kalangan merupakan perbuatan tak beretika, tidak santun dan terkesan ceremonial belaka, pencitraan. Mengapa demikian, karena GIP sudah berani mengklaim diri sebagai Calon Gub Sumut, itu sama dengan tak beretika secara politik dan demokrasi. Karena Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Sumut belum menetapkan nama-nama Calon Gub Sumut secara resmi. Untuk itu Panwaslu Sumut harus secara tegas menertibkan hal hal demikian yang melanggar Undang Undang dan Peraturan Penyelenggaraan Pilkada. 

Kembali ke konteks awal, dugaan Korupsi GIP ini, berawal dari temuan BPK RI Tahun 2005 atas keuangan Bank Sumut yang tak jelas peruntukannya. Di saat rakyat lapar dan menderita di situ pula pihak petinggi Bank Sumut membagi-bagikan uang rakyat miliaran rupiah. Modusnya adalah pembagian laba tahunan yang dibuktikan dengan temuan BI yang mengacu kepada SK Direksi PT Bank Sumut No: 482/Dir/DSDM-TK/SK/2006. Khususnya pada pembagian jasa produksi kepada pengurus diantaranya Komisaris, Dirut dan Direksi. Dari pembagian laba tahun 2004 & 2005 sebesar Rp 15.918.701.481,55 yang diterima tanggal 13 Desember 2006. Dan pada tahun yang sama juga dibagikan fee pada pengurus Bank Sumut yang diantaranya Komisaris, Dirut dan Direksi sebesar Rp 15.507.231.578,91. 

Tidak sampai disitu, PT Bank Sumut di masa kepemimpinan GIP, dalam pencapaian target ekspansi dan kualitas dari kredit Bendaharawan dan SPK juga memberikan fee kepada para kepala daerah di Sumut dari tahun 2002-2008 sebesar Rp53,811 miliar, atur sana .. atur sini. PT Bank Sumut tersangkut sejumlah penyalahgunaan keuangan negara bahkan pada temuan BPK RI tahun 2010 ada 22 jumlah kasus yang patut di duga merugikan keuangan negara sebesar Rp 344.389.531.423,15,-. Laporan dugaan Korupsi di PT Bank Sumut diduga melibatkan Dirut waktu itu Gus Irawan Pasaribu dkk. 

Lap dugaan korupsi tsb telah DILAPORKAN ke KPK, No Lap 2011-02-000186 tgl 10 Feb 2011 diterima Kuswanto petugas penerima Lap Dumas KPK-RI. Salah satu sumber saya di KPK menyebutkan, laporan tsb memang ada, namun masih jalan ditempat, karena banyaknya laporan yang masuk ke KPK. Untuk itu saya mengkultwitkan dugaan korupsi tsb via tweet, agar para tuips mengawal dan kasus ini segera dapat dituntaskan. Skandal penyimpangan keuangan Bank Sumut Rp 334 miliar tsb terus menuai komentar dan perhatian di Sumut. 

Patut diduga dana besar tsb, akan digunakan dalam pemenangan GIP kelak dalam Pertarungan Cagub Sumut 2013 mendatang. Masyarakat mendesak agar KPK memeriksa harta kekayaan mantan Dirut PT Bank Sumut GIP & mengaudit keuangan Bank Sumut saat kepemimpinan GIP. 

Kita harus mendorong agar @KPKRI dan BPK RI melakukan pemeriksaan dan mengaudit keuangan di Bank Sumut di masa kepemimpinan GIP. Agar hasil audit menjadi jawaban untuk menguak kasus tsb, secara terang benderang dan tidak ditutup tutupi. Disamping itu, GIP harus tahu diri sebelum maju sebagai Cagub Sumut pada Pilkada 2013 mendatang, apa sebab ? Karena ada kasus dugaan Korupsi yang melibatkan dirinya, dan itu belum clear, Catat ... Heehee. 

Untuk diketahui, bahwa skandal Bank Sumut semasa dipimpin GIP sudah dilaporkan ke mana-mana (KPK, Mabes Polri, Polda Sumut, Kejati SU). Bahkan sejumlah aksi demo elemen Masyarakat dan Mahasiswa ke lembaga yudikatif telah digelar di Sumatera Utara. Namun, belakangan sorak-sorai tuntutan itu melempem, masuk angin, lenyap bak ditelan bumi, suaranya mulai tidak terdengar. Oleh karena itu kasus dugaan korupsi GIP sebesar Rp 334 miliar pada saat memimpin Bank Sumut ini, harus terus disuarakan hingga tuntas .. tas .. 

Sekian ya tuips Kultwit singkat tentang dugaan korupsi GIP, semasa dia memimpin Bank Sumut, semoga bermanfaat, Tq telah menyimak, MERDEKA !!

Kriminalisasi Antasari dan Century Gate

by tm2k


Kesaksian Antasari Azhar tentang Century Gate di Metro Realitas itu langsung menyengat istana! Antek2 SBY panik dan sibuk buat bantahan. Stafsus SBY Andi Arief bilang kesaksian AA Fitnah, Ruhut katakan itu Bohong dan Denny Wamenhukham sebut itu tidak benar, Hendarman: lupa! Dari semua statement bigot2 istana itu hanya ada 1 kesimpulan: Mereka semua bohong! Bahkan dipastikan mereka tidak saksikan acara tsb. Karena mereka TIDAK saksikan acara tentang kesaksian Antasari di Metro Realitas itu, maka statement mereka ngawur semua. Asbun! 

Saya akan uraikan kenapa bigot2 istana itu saya tegaskan sudah berbohong pada publik. Pertama : Rapat itu benar ada & Antasari diundang. Rapat tsb terjadi pada Oktober 2008 hadir SBY, Menko/Menkeu SMI, Jaksa Agung Hendarman, Kapolri Bambang H Danuri, Mensesneg Hatta R, BPK dll. Subtansi Rapat adalah Rencana SBY mengambil terobosan untuk antisipasi pengaruh krisis moneter yang sedang melanda AS dan Eropa. Sebagai catatan: WAPRES JUSUF KALLA TIDAK HADIR dalam rapat sepenting itu. Tanya kenapa?

Dalam rapat itu SBY menjelaskan rencana2 antisipasi dan terobosan untuk cegah krismon 1998 terulang kembali di Indonesia. Pada saat itu SBY bertanya pada Antasari apakah Pemerintah bisa ambil terobosan dalam atasi krisis. Antasari jawab: Boleh tapi dengan catatan. Antasari mengatakan terobosan boleh dilakukan pemerintah demi kepentingan umum, tapi jika ada oknum yang langgar hukum, KPK akan tangkap! 

Pada rapat tsb juga disinggung rencana pemerintah untuk bail out bank2 nasional jika SEANDAINYA ada yang bermasalah terkena krisis. Pada awalnya Antasari dan sebagaian peserta rapat TIDAK MEMPERHATIKAN SERIUS perihal singgungnya "rencana" bail out pada perbankan nasional. Kenapa? Karena saat itu belum ada bank nasional yang diketahui bermasalah AKIBAT PENGARUH KRISIS MONETER di AS dan Eropa tsb.

Publik sendiri sempat pertanyakan reaksi dan respon pemerintah yang dinilai terlalu "berlebihan" dalam menyikapi krisis ekonomi tsb. Dalam sebulan saja, SBY beberapa kali rapat khusus terkait antisipasi pengaruh krisis ekonomi yang disebabkan oleh kredit macet mortgage itu. Pasar modal dan harga saham memang sempat jatuh dan disuspend. Tapi pengaruh ke sektor riel tidaklah signifikan. JK bahkan jamin akan aman. Secara tegas JK mengatakan bahwa gonjang ganjing pasar modal dan turunnya harga saham tidak berpengaruh besar pada ekonomi Indonesia. Portofolio dan kontribusi pasar modal pada ekonomi RI masih kecil. Hanya 400.000 ribu investor atau kurang 0.5% dari jumlah penduduk. Bandingkan dengan Singapore yang capai 40% atau Malaysia yang 18%. Pasar Modal RI masih bayi alias baru lahir dan tumbuh. Sebab itu wapres JK ber-kali2 nyatakan keheranannya melihat sikap dan reaksi Presiden SBY, Menko/Menkeu Sri Mulyani yang "sangat panik"

Reaksi "sangat panik" dan darurat ini se-olah2 sengaja diciptakan untuk tujuan2 tertentu yang saat itu belum diketahui oleh JK dan publik. Bahkan Presiden SBY dan Menko Ekonomi Sri Mulyani ber-kali2 membuat statement bahwa pemerintah akan mengambil tindakan apa saja at all cost. Lalu titik terang motif SBY dan Sri Mulyani merekayasa sikap panik ang berlebihan itu mulai kelihatan. Nanti saya uraikan motif itu. 

Kita buktikan dulu kebohongan @dennyindrayana sang wamenhukham itu. Selesai rapat di istana itu, Ketua KPK Antasari Azhar ketemu Denny. Dikoridor istana itu, Antasari Azhar melihat Denny menghampiri dia dan say hello. Antasari heran, kok Denny ada di istana? Ngapain? Pertanyaan Antasari terjawab ketika melihat pin stafsus Presiden nempel di kerah baju Denny. Denny ternyata sudah jadi stafsus SBY. Antasari sempat kritik Deny dan tanya Denny kok mau jadi stafsus SBY? Bukankah Denny yang dulu koar2 bahwa SBY dan istana pusat korupsi?

Mendapatkan pertanyaan dan kritik tajam Ketua KPK Antasari Azhar, @dennyindrayana hanya cengengesan dan bilang : " sekarang kan beda Pak!" Itulah bukti bahwa @dennyindrayana telah berbohong kepada publik terkait adanya rapat di istana pada Oktober 2008 yang bahas krisis ekonomi itu. Nah, tentang kebohongan bigots SBY yang lain seperti Andi Arief dan Ruhut Sitompul kita ga usah bahas. Rakyat sudah tahu kualitas mereka berdua. Selanjutnya, kira2 seminggu setelah rapat tsb, Ketua KPK Antasari kedatangan tamu yang bernama BUDIONO, Gubernur BI yang baru dilantik. 

Pada kunjungan Gub BI Budiono banyak diskusikan tentang aspek2 hukum rencana terobosan pemerintah dan BI dalam antisipasi krisis ekonomi. Lalu, tiba2, BINGO!! Gub BI Budiono menanyakan pendapat ketua KPK Antasari Azhar terkait bail out Bank Indover, anak BI di Belanda. Budiono menyampaikan bahwa BI dan pemerintah serta DPR telah sepakat suntik dana 7 triliun untuk selamatkan Bank Indover yang kolaps. Antasari kaget! Lalu tanya balik ke Budiono: " untuk apa bail out bank indover. Itu sama saja mengisi ember bocor. Tutup saja!"

Tapi Budiono bersikeras dan bilang semua pihak sudah setuju. Pernyataan Budiono ini jelas bohong karena saya pribadi tahu faktanya. Beberapa hari sebelumnya, kebetulan saya hadir di salah satu ruangan pimpinan komisi XI DPR dan tiba2 telp Gub BI Budiono masuk ke pimpinan kom XI itu. Saat itu Budiono minta pesetujuan pimpinan komisi XI untuk rencana bail out Bank Indover di Belanda. Persetujuan DPR diminta secepatnya. Alasan Gub BI Budiono adalah karena waktu yang diberikan pemerintah Belanda sangat mepet. Paling lama jumat siang sudah harus ada putusan. Saat itu, pimpinan komisi XI yang sedang bersama saya itu minta waktu 1-2 jam dan janji akan hubungi Gub BI setelahnya. Pimpinan komisi XI DPR tsb sempat berdiskusi serius dengan saya dan akhirnya diputuskan usulan bail out Indover oleh pemerintah/BI DITOLAK. 

Beliau langsung hubungi unsur pimpinan komisi XI lainnya dan sampaikan pendapatnya. Semua setuju. Bank Indover ditutup saja! Lalu beliau hubungi Gub BI Budiono dan sampaikan sikap DPR terhadap usulan Bail Out Bank Indover itu. Sikap resmi akan disampaikan tertulis. Nah, kenapa Gub BI berani2nya bilang ke ketua KPK bahwa semua pihak termasuk DPR sudah setuju rencana bail out Bank Indover? Budiono berbohong. 

Gagal membail out Bank Indover, tiba2 pemerintah bilang Bank Century harus di bail out karena kolaps akibat krisis ekonomi. Ini juga sangat aneh. Lalu terjadilah pat gulipat & rekayasa yang sama2 kita ketahui. Budiono tiba2 merevisi Peraturan Bank Indonesia (PBI) tentang syarat2 bail out. Syarat CAR 8% pada PBI diubah jadi "asal positif". Artinya CAR 0.0001% pun BI/pemerintah sudah diizinkan bail out sebuah bank yang kolaps.

Selanjutnya sudah sama2 kita ketahui. Uang total 6.7 triliun masuk ke Century untuk kemudian dialirkan ke-mana2 termasuk diduga timses SBY. Cukup sekian dulu..pelan2..nanti saya lanjutkan kultwit berikutnya yang semakin membuktikan betapa korupnya regim SBY ini. Trims. MERDEKA!

Sekilas tentang HMP

by tm2k


Saya pernah ungkap siapa itu Hartati Murdaya Poo. Wanita paling sakti di Indonesia. Majikan SBY & Ani SBY. Pernah juga jadi majikan Megawati. Kenapa Hartati Murdaya disebut sebagai Majikan SBY, Ani SBY atau Megawati? Karena mereka bisa berkuasa jadi presiden karena uang Hartati MP. Sebagai konglomerat, Hartati dan suaminya royal membantu dana politik untuk capres2 atau partai2 besar seperti PDIP dan Demokrat. 

Akhir 2003, Hartati mndapatkan "petunjuk ilahi" bahwa masa keemasan Megawati akan berakhir. SBY akan jadi penguasa baru. Tanda2 alam sudah ada. Hartati yang dulu sangat akrab dengan Megawati, pelan2 tarik diri. Mulai jarang main ke istana atau kemanggisan. Dia mulai dekati SBY & Ani SBY. Tapi suami Hartati, Murdaya Poo tetap jaga gawang. Tetap tempel Mega dan Taufik Kemas. Jaga2 jika Mega masih terpilih jadi Presiden.

Puncaknya ketika Mega marah besar pada SBY karena SBY menipu Megawati 4 kali tentang niat atau rencana SBY maju dalam pilpres 2004. SBY sebagai menkopolhukam ditanya 4 kali oleh Presiden Mega apakah ada rencana maju dalam pilpres atau tidak. SBY dengan tegas jawab: TIDAK! 
Namun ternyata, intelejen dan staf2 Megawati lapor bahwa SBY terus secara intensif buat persiapan untuk maju nyapres melalui Partai Demokrat. Megawati marah. Tidak mau lagi ajak SBY keliling daerah. Ga undang SBY dalam rapat2 kabinet. SBY dicuekin. SBY pun ngambek dan ngadu ke pers.

Curhat dan keluh kesah SBY atas perlakuan "zalim" Presiden Megawati dimuat berbagai media nasional. SBY ngeluh dicuekin abis Megawati. Curhat Menkopulhukam SBY itu langsung direspon oleh Bapak Negara Taufik Kemas dengan ejek SBY: SBY Jenderal Cengeng!! Media muat sebagai headline. Akibat ejekan Taufik Kemas terhadap SBY yang dimuat besar2an oleh media massa, popularitas SBY melambung. Meroket. SBY dapat simpati pers & rakyat. Kemudian SBY undurkan diri sebagai Menkopolhukam kabinet Gotong Royong Megawati. SBY masih ter-lunta2. Dia dikasih kantor dan modal oleh Hartati.

Dengan mundurnya SBY sebagai menkopolhukam, Partai Demokrat yang tadinya hanya diurus oleh Ani SBY dan Subur Budhisantoso pun mulai dilirik SBY. SBY semula tak yakin dan tak percaya dengan partai demokrat. Ga mau urus serius. Ketum PD Prof Subur sering ngeluh minimnya perhatian SBY pada PD.

Tapi Ani SBY selalu yakinkan Prof Subur: "wes Prof ga usah mikirin SBY. Ntar SBY urusan saya. Kita bangun aja PD baik2. Ntar Bapak juga ikut"

Saat itu yang banyak bantu pendanaan partai demokrat adalah Hartati & Ventje. Hartati akrab banget dengan SBY & Ani SBY. Ke-mana2 selalu ber-sama2. Ketika Hartati berhasil peroleh kredit haram 1.5 triliun dari Bank Mandiri dengan agunan tanah asset negara 33 ha di kemayoran, dia juga bantu PD. Diduga keras sebagian uang haram 1.5 Trilium dari bank mandiri itu masuk ke PD. Hanya 200 M yang digunakan untuk bangun kompleks PRJ. Selain diduga mengalir ke Partai Demokrat, uang haram 1.5 Triliun itu juga digunakan untuk take over 40% saham PT. Metropolitan Kencana. Jadi, bisa dikatakan, Hartati Mudaya Poo ini adalah pemegang saham mayoritas di Partai Demokrat. Owner PD. Posisinya pun sekarang Dewan Pembina.

Ketika SBY berkuasa jadi Presiden RI, Hartati Murdaya adalah Ratu Republik Indonesia. Semua proyek pemerintah & BUMN tak lepas dari tangannya. Pejabat2 tinggi, menteri, dirjen, kepala Lembaga, direksi BUMN dst..tidak ada yang berani sama Hartati. Melawan? Pecat! 

Hartati hanya tidak berkutik jika berhadapan dengan kepala daerah non Demokrat karena tangan kekuasaan SBY ga sampai kesana seperti Bupati Buol. Kini Hartati sudah jadi tersangka kasus Suap Buol. KPK akan segera tahan. Buruaaaan!! Ntar HMP kabur dan @KPK_RI tidak bisa kembangkan kasus lain.

Jika @KPK_RI kembangkan kasus korupsi HMP, rakyat RI pasti akan geger. Korupsinya di-mana2 sejak 15 tahun terakhir ini. SBY terancam jatuh! Puluhan bahkan ratusan pejabat tinggi republik ini bakal nyusul jadi tersangka bersama HMP. Ada juga kasus korupsi bea masuk 300 M. Kasus korupsi bea masuk film Impor 300 M itu sempat heboh di media massa. Trus hilang lenyap karena intervensi HMP. Dirjen BC dipecat!

Jika @KPK_RI serius mau usut kasus korupsi HMP yang jumlahnya berjibun dan kerugian negara puluhan triliun itu, DPR harus dukung @KPK_RI. DPR harus segera cairkan anggaran KPK untuk sewa atau beli gedung baru dan rekrut ratusan penyidik. Indonesia gonjang ganjing, istana gempa!

Saya cukupkan dulu tentang HMP. Ga boleh terlalu detail. Ntar KPK ga bisa bekerja dan istana/cikeas mencak2 sama saya hehehe..terima kasih

Jumat, 10 Agustus 2012

Pengaruh Asing Dalam Perebutan Kekuasaan di Indonesia

by tm2k


Saya mau kultwit sedikit bahas intervensi asing dalam perebutan kekuasaan di Indonesia .. Eng ing..eeeng...Pengaruh Asing Dalam Perebutan Kekuasaan di Indonesia. Kayak judul skripsi anak Fisip jurusan HI aja hehehe.

Beberapa bulan yang lalu saya ketemu dengan 2 orang di Ritz Carlton Hotel yang kemudian salah satunya mengaku sebagai penghubung "agen intelejen RRC". Maksud awal pertemuan tersebut adalah mendiskusikan korupsi di Petral dimana salah satu bahasannya adalah keinginan China untuk ambil bagian. Maksudnya, China melalui salah satu perusahaannya di RI mau ikut diterima sebagai salah 1 rekanan pemasok crude oil/product oil untuk Petral.

Mereka keluhkan bagaimana sulitnya diterima jadi rekanan Petral, padahal mereka sudah berusaha beberapa tahun lobi pihak2 terkait termasuk via tokoh hebat. Tokoh hebat yang mereka maksud adalah seorang pimpinan tertinggi sebuah partai (baru) yang juga pengusaha besar pemilik stasiun TV dan koran. Pemerintah China menurut pengakuannya telah berikan uang muka operasional puluhan juta US$ untuk melicinkan niat mereka jadi rekanan Petral. Uang pelicin puluhan juta US$ itu wajar2 saja mengingat bisnis pasokan BBM ke Petral itu setahun lebih US$ 30 milyar dan terus meningkat. 

Disamping uang pelicin untuk suap agar diteima juga rekanan Petral, mereka juga sudah keluarkan uang US$ 25 juta untuk bisa masuk ke BloK Cepu. Namun apa lacur, meski uang puluhan juta US$ yang sudah dikucurkan tapi China tetap tidak bisa masuk ke Petral & Cepu. Pihak China pusing. Kata mereka pemerintah RI sangat dikendalikan oleh USA dan ada permintaan agar usaha China untuk investasi di bidang energi di RI dihambat. 

Bidang energi, pangan, otomotif, militer dan infrastruktur adalah bidang usaha yang sangat sulit ditembus China untuk investasi di RI. Jenis2 usaha tsb dimonopoli oleh AS dan Jepang sebagai 2 negara yang paling dominan pengaruhnya di Indonesia. Jepang sendiri adalah sekutu AS.

Dari diskusi bisnis, pembicaraan kami melebar ke topik lain yaitu hegemoni atau monopoli pengaruh AS terhadap politik & kekuasaan di RI. Menurut mereka, sepanjang sejarah Orba dan reformasi, hanya Regim Habibie yang berhasil mengurangi hegemoni pengaruh AS di Indonesia. Namun usia regim habibie hanya 19 bulan. Hanya pemerintahan transisi. Selanjutnya pengaruh AS kembali berkuasa apalagi masa regim SBY. Pada masa Regim SBY, dominasi AS semakin menjadi2. SBY malah secara terbuka klaim AS sebagai negara keduanya. AS senang, SBY pun menang.

Sementara itu, selama sepuluh tahun terakhir ini China muncul jadi superpower ekonomi, politik dan militer kedua terkuat di dunia. Dengan devisa lebih US$ 3.000 milyar, anggaran militer resmi US$ 100 M (tak resmi US$ 200 - 400 M), China ingin menjadi penguasa Asia. Di Amerika Latin dan Afrika, China sudah mulai jadi kekuatan ekonomi rongrong pengaruh AS. Bahkan di Brazil, China kalahkan hegemoni AS.

China ingin hegemoni politik dan ekonominya di Brazil dapat juga sukses di RI. Tapi sampai sekarang masih gagal. Harus ada solusi. Apa solusinya? Mereka harus bisa temukan dan dorong politisi tertentu yang mau bantu misi mereka untuk bisa terpilih jadi Presiden RI 2014! Lalu mulai lah mereka tanya2: siapa capres yang mungkin bisa menang Pilpres dan bersedia mereka "bantu" dengan kompensasi "kerjasama" RI-China?

Bagi mereka (China) uang bukanlah masalah. Jika calonnya tepat, uang US$ 2-3 M (Rp. 20-30 T) cukup untuk antarkan calon tsb terpilih jadi RI-1. Saya "tertarik dan terpancing" untuk diskusikan beberapa nama capres potensial. Motivasi saya bukan untuk "berkhianat" pada negara RI tercinta. Sama sekali bukan motivasi pengkhianatan! RI adalah negara Ibu Pertiwi, negeri tercinta tumpah darah kita! Tujuan saya : balancing!

Balancing of power atau perimbangan kekuasaan di RI dan Asia Tenggara sangat penting untuk kurangi hegemoni AS yang sudah puluhan tahun. Hegemoni AS dan sekutunya di RI selama puluhan tahun sudah terbukti GAGAL bantu kemakmuran dan kesejahteraan rakyat RI. Makin terpuruk! Lihatlah kondisi RI sangat ini. Ketahanan nasional RI sangat lemah. Tidak ada ketahanan Pangan, militer, energi, sosial budaya dst. RAPUH.

RI tak ubah seperti "negara bagian AS" ke 51 tetapi kondisi polsosbudhankamnya hancur total. Sangat tergantung pada asing. BBM (crude/product), pangan (beras, kedelai, jagung, terigu dst), militer (alutstista), teknologi ( IT, telkom dst) dll semua IMPOR! "keunggulan" RI hanya pada raw material. Bahan baku tambang dan perkebunan. Itu pun industri hulunya mayoritas sudah DIMILIKI asing!

Surplus neraca perdagangan RI semakin lama semakin menipis bahkan pernah defisit pada April-Mei yang lalu. Mayoritas ekspor bahan baku. Bahkan ketika RI mau kurangi ekspor bahan baku pasti seketika muncul serangan untuk membatalkannya. Contoh terbaru: Permen No. 7/2012. Permen ESDM yang wajibkan pengusaha tambang batubara dan mineral untuk punya smelter dan eskpor bahan mineral olahan disikat habis2an. GAGAL

Bagaimana kisah penggalan implementasi Permen ESDM No. 7/2012 itu sudah pernah saya kultwitkan berjudul "Menko Hatta Vs Mendag Gita W". Menko Hatta & MenESDM Jewo Watjik habis dihantam Gita, Purnomo Y dengan dukungan SBY, AS dan LSM2 Pelacur bayaran AS. Permen itu direvisi.

Kembali ke China, sampai saat itu China mengakui belum punya pilihan pasti tentang siapa Capres yang akan mereka dukung & biayai untuk imbangi AS. Sementara itu, saya dan mereka sudah sama2 sepaham, kelihatannya AS dan SBY sudah mulai mengerucut pada figur Gita Wiryawan sebagai Capres PD. Gita W kelihatanya sudah hampir final sebagai capres SBY/PD/Cikeas/AS pada Pilpres 2014 nanti. Maka lupakanlah Sri Mulyani, Ical, Prabowo, Megawati, Ani SBY, Joko Suyanto, Anas, Mahfud dst... Mereka tak akan dapat "restu majikan RI" = AS! Lalu apakah China mau "bermain"?

Masih ada nama2 lain yang bisa didukung China: Dahlan Iskan, Chairul Tanjung, Anis Baswedan, Soekarwo dst..sudah sampai dimana manuver China? Apakah China berhenti bermanuver atau sudah mantapkan pilihan jagoannya untuk imbangi jagoan AS? kemana Nasdem, Hary T dan Paloh berlabuh?

Yang pasti pemilu dan pilpres 2014 masih lama. Demokrat akan kembali fight back. KPK akan beralih sikat Golkar dan PDIP. Makin seru. Kasus2 korupsi partai demokrat akan ditutupi dan diobati oleh kasus2 korupsi PDIP, Golkar & lainnya. Isu dibalas isu, opini kontra opini.

Rakyat jadi penonton. Setiap detik, jam, hari terima brain washing para dewa. Jadi bingung jika tidak punya pedoman yang kuat: agama & ideologi.

Cukup sekian dulu..pemilu dan pilpres masih 700 hari lagi. Nanti kita lanjutkan pelan2 agar tidak cepat lupa dan dilupakan. Terima kasih

Dukungan PKS ke Foke - Nara

by tm2k


Kita tahu PKS adalah partai  Islam. Jauh lebih kental keislamannya dari pada partai  "Islam"  lain seperti PPP, PAN atau PKB. Publik tahu persis bagaimana militansi kader-kader PKS dalam memperjuangkan ideologi &  tujuan partainya terutama mewujudkan negara Indonesia yang islami. Meski Indonesia adalah negara plural dengan ideologi Pancasila, PKS sejak dulu berusaha mewarnai kehidupan bangsa dengan nilai-nilai Islam. Perjuangan PKS ini mulai meredup ketika sebagian elit PKS terkontaminasi godaan hedonisme dan materialisme duniawi. Kelompok  yang  "terkontaminasi"  ini dikenal dengan Faksi Sejahtera di internal PKS. Celakanya,  faksi ini yang sekarang punya pengaruh & kendali di PKS.

Lalu bagaimana sikap PKS sebagai  institusi ketika harus putuskan pilihan pada pilgub DKI putaran kedua paska kekalahan HNW ?

Beberapa waktu yang lalu,  tokoh2 PKS seperti Anis Matta dan Misbakhun buat statement bahwa PKS mungkin akan koalisi dengan Jokowi-Ahok. Menanggapi statement Anis Matta dan Misbakhun itu, saya langsung komentar bahwa statement mereka itu hanya untuk naikan nilai  jual PKS ke Foke. Meski PKS itu masih simpan "dendam" lama pada Foke paska Pilgub DKI 2007  dimana kader/simpatisan PKS di Pemprov DKI disingkirkan Foke. Paska pilgub 2007,  PNS-PNS DKI  yang simpatisan PKS dan pilih Adang, banyak  yang  jadi korban balas dendam Foke yang menangkan Pilgub. PNS-PNS DKI itu banyak dimutasi ke posisi buangan dan profesional staf oleh Foke atas rekomendasi Bamus Betawi. PKS masih terluka oleh Foke.

PKS  juga "terluka" oleh Foke ketika Foke dan PKS gagal  bersatu  prapilgub kemaren karena Foke tolak syarat-syarat PKS dan lalu Foke "kawin" dengan PD. Kini Foke kembali "merayu" PKS untuk mendukungnya dalam putaran kedua. 

PKS dilematis.  Ada luka dan dendam tapi ada juga nilai-nilai perjuangan. Menolak Foke dan mendukung Jokowi-Ahok, bagi PKS seperti mengkhianati ideologi dan perjuangan partai !  Suatu hil yang mustahal hehehe. Kenapa? PKS adalah partai islam. Jelas ideologi dan perjuangannya. Sementara pasangan Jokowi adalah Ahok yang Non Muslim. HNW sendiri dan sebagian elit PKS secara pribadi lebih suka pada Jokowi. Bahkan disebut-sebut HNW dulu adalah jurkam Jokowi di pilwalkot Solo.

Namun, sikap pribadi elit-elit PKS tentu saja berbeda dengan sikap PKS secara institusi.  Ada batasan yang tegas dalam kebijakan PKS sebagai partai. Fakta politik juga menempatkan PKS pada posisi dilematis jika mendukung Jokowi dan kemudian Jokowi menang dalam Pilgub. Kenapa?

Jika Jokowi menang dan jadi Gub DKI,  maka otomatis walikota Solo akan dijabat wakil Jokowi yang Non Muslim.  Ini sulit diterima kader PKS Solo. Di Kota Solo, para pendukung Jokowi yang berbasis  islam pesantren, islam fanatik &  kader PKS Solo dipastikan akan meradang marah kepada PKS. Fenomena ini, sangat mungkin terjadi di DKI Jakarta pada 2014 yang akan datang, jika Jokowi kemudian jadi diusung PDIP & Gerindra sebagai Cawapres.  Ini artinya,  Ahok alias Basuki T Purnama alias Basuki Indra alias Zhong Wan Xie jadi Gub DKI. Sejarah baru ditorehkan di Republik ini.

Analisa-analisa kemungkina ini pasti telah diperhitungkan secara matang oleh PKS ketika memutuskan kemana arah dukungan mereka dalam pilgub DKI. Seperti statement elit PKS kepada saya : "Tidak mungkin PKS dukung Ahok, sebagaimana tidak mungkin Etnis Tionghoa Non Muslim dukung HNW/PKS"

Jadi, bagi PKS, mendukung Foke - Nara ketimbang mendukung Jokowi - Ahok, adalah suatu Keniscayaan Mutlak. Harus. Tidak bisa ditawar-tawar lagi. Namun, sikap ini tentu saja tidak diungkap secara vulgar ke publik. PKS juga butuh makan. Butuh amunisi. Butuh kompensasi dari Foke. Ada "mahar"  yang dituntut PKS dari Foke. Mahar ini sebagai penguatan/ affirmasi dukungan PKS kepada Foke. Terserah Foke setuju atau tidak.

Jika pun nantinya PKS gagal  kawin dengan Foke karena masalah ketidakcocokan mahar, sikap PKS pasti jelas kemana. Secara resmi PKS akan bersikap netral, tapi diinternal dan kepada para kader pasti akan arahkan ke Jokowi - Ahok. Bagaimana sikap kader PKS?

Sesuai analisa saya sebelumnya yang berjudul "Jokowi - Ahok Pasti Menang", sebagian massa PKS akan tetap pilih Jokowi- Ahok. Sekian analisa kenapa PKS akan dukung Foke dalam putaran kedua pilgub DKI. 

Minggu, 05 Agustus 2012

Pengaruh Asing Dalam Perebutan Kekuasaan di Indonesia

by tm2k


Saya mau kultwit sedikit bahas intervensi asing dalam perebutan kekuasaan di Indonesia .. Eng ing..eeeng...Pengaruh Asing Dalam Perebutan Kekuasaan di Indonesia. Kayak judul skripsi anak Fisip jurusan HI aja hehehe.

Beberapa bulan yang lalu saya ketemu dengan 2 orang di Ritz Carlton Hotel yang kemudian salah satunya mengaku sebagai penghubung "agen intelejen RRC". Maksud awal pertemuan tersebut adalah mendiskusikan korupsi di Petral dimana salah satu bahasannya adalah keinginan China untuk ambil bagian. Maksudnya, China melalui salah satu perusahaannya di RI mau ikut diterima sebagai salah 1 rekanan pemasok crude oil/product oil untuk Petral.

Mereka keluhkan bagaimana sulitnya diterima jadi rekanan Petral, padahal mereka sudah berusaha beberapa tahun lobi pihak2 terkait termasuk via tokoh hebat. Tokoh hebat yang mereka maksud adalah seorang pimpinan tertinggi sebuah partai (baru) yang juga pengusaha besar pemilik stasiun TV dan koran. Pemerintah China menurut pengakuannya telah berikan uang muka operasional puluhan juta US$ untuk melicinkan niat mereka jadi rekanan Petral. Uang pelicin puluhan juta US$ itu wajar2 saja mengingat bisnis pasokan BBM ke Petral itu setahun lebih US$ 30 milyar dan terus meningkat. 

Disamping uang pelicin untuk suap agar diteima juga rekanan Petral, mereka juga sudah keluarkan uang US$ 25 juta untuk bisa masuk ke BloK Cepu. Namun apa lacur, meski uang puluhan juta US$ yang sudah dikucurkan tapi China tetap tidak bisa masuk ke Petral & Cepu. Pihak China pusing. Kata mereka pemerintah RI sangat dikendalikan oleh USA dan ada permintaan agar usaha China untuk investasi di bidang energi di RI dihambat. 

Bidang energi, pangan, otomotif, militer dan infrastruktur adalah bidang usaha yang sangat sulit ditembus China untuk investasi di RI. Jenis2 usaha tsb dimonopoli oleh AS dan Jepang sebagai 2 negara yang paling dominan pengaruhnya di Indonesia. Jepang sendiri adalah sekutu AS.

Dari diskusi bisnis, pembicaraan kami melebar ke topik lain yaitu hegemoni atau monopoli pengaruh AS terhadap politik & kekuasaan di RI. Menurut mereka, sepanjang sejarah Orba dan reformasi, hanya Regim Habibie yang berhasil mengurangi hegemoni pengaruh AS di Indonesia. Namun usia regim habibie hanya 19 bulan. Hanya pemerintahan transisi. Selanjutnya pengaruh AS kembali berkuasa apalagi masa regim SBY. Pada masa Regim SBY, dominasi AS semakin menjadi2. SBY malah secara terbuka klaim AS sebagai negara keduanya. AS senang, SBY pun menang.

Sementara itu, selama sepuluh tahun terakhir ini China muncul jadi superpower ekonomi, politik dan militer kedua terkuat di dunia. Dengan devisa lebih US$ 3.000 milyar, anggaran militer resmi US$ 100 M (tak resmi US$ 200 - 400 M), China ingin menjadi penguasa Asia. Di Amerika Latin dan Afrika, China sudah mulai jadi kekuatan ekonomi rongrong pengaruh AS. Bahkan di Brazil, China kalahkan hegemoni AS.

China ingin hegemoni politik dan ekonominya di Brazil dapat juga sukses di RI. Tapi sampai sekarang masih gagal. Harus ada solusi. Apa solusinya? Mereka harus bisa temukan dan dorong politisi tertentu yang mau bantu misi mereka untuk bisa terpilih jadi Presiden RI 2014! Lalu mulai lah mereka tanya2: siapa capres yang mungkin bisa menang Pilpres dan bersedia mereka "bantu" dengan kompensasi "kerjasama" RI-China?
Bagi mereka (China) uang bukanlah masalah. Jika calonnya tepat, uang US$ 2-3 M (Rp. 20-30 T) cukup untuk antarkan calon tsb terpilih jadi RI-1. Saya "tertarik dan terpancing" untuk diskusikan beberapa nama capres potensial. Motivasi saya bukan untuk "berkhianat" pada negara RI tercinta. Sama sekali bukan motivasi pengkhianatan! RI adalah negara Ibu Pertiwi, negeri tercinta tumpah darah kita! Tujuan saya : balancing!

Balancing of power atau perimbangan kekuasaan di RI dan Asia Tenggara sangat penting untuk kurangi hegemoni AS yang sudah puluhan tahun. Hegemoni AS dan sekutunya di RI selama puluhan tahun sudah terbukti GAGAL bantu kemakmuran dan kesejahteraan rakyat RI. Makin terpuruk! Lihatlah kondisi RI sangat ini. Ketahanan nasional RI sangat lemah. Tidak ada ketahanan Pangan, militer, energi, sosial budaya dst. RAPUH.

RI tak ubah seperti "negara bagian AS" ke 51 tetapi kondisi polsosbudhankamnya hancur total. Sangat tergantung pada asing. BBM (crude/product), pangan (beras, kedelai, jagung, terigu dst), militer (alutstista), teknologi ( IT, telkom dst) dll semua IMPOR! "keunggulan" RI hanya pada raw material. Bahan baku tambang dan perkebunan. Itu pun industri hulunya mayoritas sudah DIMILIKI asing!

Surplus neraca perdagangan RI semakin lama semakin menipis bahkan pernah defisit pada April-Mei yang lalu. Mayoritas ekspor bahan baku. Bahkan ketika RI mau kurangi ekspor bahan baku pasti seketika muncul serangan untuk membatalkannya. Contoh terbaru: Permen No. 7/2012. Permen ESDM yang wajibkan pengusaha tambang batubara dan mineral untuk punya smelter dan eskpor bahan mineral olahan disikat habis2an. GAGAL

Bagaimana kisah penggalan implementasi Permen ESDM No. 7/2012 itu sudah pernah saya kultwitkan berjudul "Menko Hatta Vs Mendag Gita W". Menko Hatta & MenESDM Jewo Watjik habis dihantam Gita, Purnomo Y dengan dukungan SBY, AS dan LSM2 Pelacur bayaran AS. Permen itu direvisi.

Kembali ke China, sampai saat itu China mengakui belum punya pilihan pasti tentang siapa Capres yang akan mereka dukung & biayai untuk imbangi AS. Sementara itu, saya dan mereka sudah sama2 sepaham, kelihatannya AS dan SBY sudah mulai mengerucut pada figur Gita Wiryawan sebagai Capres PD. Gita W kelihatanya sudah hampir final sebagai capres SBY/PD/Cikeas/AS pada Pilpres 2014 nanti. Maka lupakanlah Sri Mulyani, Ical, Prabowo, Megawati, Ani SBY, Joko Suyanto, Anas, Mahfud dst... Mereka tak akan dapat "restu majikan RI" = AS! Lalu apakah China mau "bermain"?

Masih ada nama2 lain yang bisa didukung China: Dahlan Iskan, Chairul Tanjung, Anis Baswedan, Soekarwo dst..sudah sampai dimana manuver China? Apakah China berhenti bermanuver atau sudah mantapkan pilihan jagoannya untuk imbangi jagoan AS? kemana Nasdem, Hary T dan Paloh berlabuh?

Yang pasti pemilu dan pilpres 2014 masih lama. Demokrat akan kembali fight back. KPK akan beralih sikat Golkar dan PDIP. Makin seru. Kasus2 korupsi partai demokrat akan ditutupi dan diobati oleh kasus2 korupsi PDIP, Golkar & lainnya. Isu dibalas isu, opini kontra opini.

Rakyat jadi penonton. Setiap detik, jam, hari terima brain washing para dewa. Jadi bingung jika tidak punya pedoman yang kuat: agama & ideologi. Cukup sekian dulu..pemilu dan pilpres masih 700 hari lagi. Nanti kita lanjutkan pelan2 agar tidak cepat lupa dan dilupakan. Terima kasih

Kasus Korupsi Irjen Djoko S dan Perang Bandar di Tubuh Polri

by kusuma_putri99


Sejak awal, Kapolri (TB 1) Timur Pradopo merasa tidak suka dengan Djoko Susilo yang dinilainya terlalu mengakar di kalangan jajaran Lalulintas Polri. Djoko pun sangat dikenal sebagai “orang” nya Wakapolri (TB2) Nanan Sukarna. Sudah menjadi rahasia umum Djoko Susilo merupakan motor utama dalam tim sukses Nanan. Djoko bersama Wakapolda Bali I Ketut Untung Yoga Ana dan Kapolda Jateng Edward Aritonang (sudah pensiun) dikenal sebagai 3 Serangkai-nya Nanan. Soliditas mereka bertambah kuat saat ketiganya menjalani pendidikan Sespati (Sekolah Staf Perwira Tinggi) 4 tahun lalu.

Motor utama tim sukses yang dimaksud di atas adalah Djoko menggalang dukungan khususnya di Korps Lalulintas (Korlantas) dan elemen lain di kepolisian, DPR, Pers dan LSM untuk meng-gol-kan Nanan Sukarna menduduki posisi TB1. Djoko juga sangat kuat akar dan jaringannya di kalangan wartawan, khususnya di kalangan pers yang biasa meliput bidang hukum dan kriminal. Karena selain Djoko “murah hati”, Djoko juga sangat frendly dan rendah hati di kalangan pekerja pers tsb.

Kedekatan Djoko dengan wartawan sudah sejak dirinya menjabat sebagai Kabag Regident Ditlantas Polda Metro dengan pangkat AKBP, kemudian menjadi Kapolrestro Bekasi, Kapolres Jakarta Utara, Dirlantas Polda Metro, Wadirlantas Mabes Polri, Dirlantas Mabes Polri hingga Kakorlantas Polri dengan pangkat bintang 2.

Saat Djojo menjabat Gubernur Akpol masih cukup banyak wartawan di Jakarta yang menyambanginya ke Semarang. Djoko tidak pernah selektif dalam menjalin pertemanan dengan wartawan. Baik wartawan media besar, middle, kecil hingga wartawan bodrek sekalipun diterima hangat oleh Djoko dengan “tangan terbuka”.
Dijadikan TSK-nya Djoko oleh KPK, merupakan “pukulan” bagi wartawan yang menjalin hubungan pertemanan dengan Djoko. Djoko juga dikenal sebagai perwira polisi pembangun. Mulai Djoko menjabat Kapolres Kota Bekasi dan Kapolres Jakarta Utara. Djoko lah yang membangun gedung polres sehingga menjadi kuat dan terlihat megah. Ketika Djoko menjabat Direkktur Lalulintas Polda Metro selama 4 thn, Djoko yang membangun gedung Direktorat Lalulintas menjadi begitu gagah dan megah, kemudian disebut sebagai Gedung Biru. Dia juga membangun Trafick Managemen Centre Polda Metro, gedung Samsat hingga gedung utama Kapolda Metro. Dia juga membangun Trafick Managemen Centre Polda Metro, gedung Samsat hingga gedung utama Kapolda Metro.

Kembali ke Timur. Apa lacur? Timur Pradopo yang sejak 1998 masuk "kotak" ketika meletusnya peristiwa penembakan Mahasiswa Trisakti saat ia menjabat sebagai Kapoles Jakarta Barat yang memicu kerusuhan Mei 1998. Malangnya nasib Timur bertambah ketika dia dimutasi menjadi Kapolres Jakarta Pusat, lagi-lagi meletus peristiwa Semanggi 1 pada th 1999. Tapi pasca Kapolri Sutanto yang masih di era Presiden SBY, Timur "diam-diam" justru diproyeksikan SBY sebagai Kapolri menggantikan kandidat utama Susno yang sedang bermasalah pada saat itu. Maka pelan-pelan dikeluarkanlah Timur dari "kotaknya" itu. Timur setelah menjabat sebagai Kapolres Jakarta Pusat, dia melanglangbuana tak tentu arah. Dia menjabat Kapuskodalops Polda Jawa Barat, Kapolwiltabes Bandung, Kakortarsis Dediklat Akpol, Irwasda Polda Bali.

Titik terang dimulai 2005 saat dia menjabat Kapolda Banten, Kaselapa Lemdiklat Polri 2008, Staff Ahli Kapolri BHD di bidang sosial 2008. Melejit saat menjabat Kapolda Jabar 2008-2010, Kapolda Metro Jaya, Kabaharkam Polri baru kemudian menjadi Kapolri.

Oleh Presiden SBY, sebenarnya yang hendak dijadikan Kapolri adalah Susno Duadji. Tapi karena Susno "kecemplung" kasus Cicak-Buaya yang merembet ke kasus2 lain, seperti ketika Susno mengungkap ke publik adanya permainan perkara Gayus Tambunan, Syahril Johan hingga rekayasa kasus Antasari Ashar. 

Terpaksa "plan B" digunakan yaitu Timur Pradopo yang "harus" menggantikan BHD sebagai Kapolri. Padahal Susno diketahui sebagai "anak buah kesayangan" SBY saat di Bosnia dulu. Sudah menjadi rahasia umum juga di kalangan internal kepolisian kalau SBY sangat "perhatian" terhadap para perwira polisi yang pernah ikut bersamanya saat SBY memimpin pasukan perdamaian PBB di Bosnia pada th 1996 lalu. Selain Timur Pradopo dan Susno Duadji, Kapolri Bambang Hendarso Danuri (BHD) juga.

Padahal di era Presiden Gus Dur yang Kapolrinya Bimantoro dan Presiden Megawati yang Kapolrinya Dai Bachtiar mereka selama bertahun-tahun berdinas tanpa posisi strategis yang empuk. Mereka2 ini tidak pernah diajak masuk ke "gerbongnya" Kapolri Bimantoro apalagi penggantinya, Kapolri Dai Bachtiar. Mereka "nobody" di kalangan kepolisian saat itu. Tapi nasib baik muncul saat Demokrat dan SBY muncul 2004. Mereka: Sutanto, BHD,  Timur, Susno “terangkat” karirnya dan melejit-lejit menjadi petinggi-petinggi kepolisian. Gerbong Bimantoro-Dai Bachtiar pelan-pelan “terkikis”.

Hanya Makbul Padmanegara sisa anggota gerbongnya Dai Bachtiar yang “bertahan” karena bermain “cantik” sehingga dapat mencapai posisi Wakapolri (TB 2). Padahal ketika Makbul menjabat Kapolda Metro Jaya dengan pangkat Inspektur Jenderal (Irjen), BHD hanya salah satu anak buahnya Makbul dengan jabatan Sesditserse dengan pangkat Komisaris Besar (Kombes). Bayangkan “sakitnya” Makbul yang di “plot” sebagai Kapolri menggantikan Dai Bachtiar kalau saja Megawati SP berhasil menang dalam Pilpres 2004 lalu. Tapi nasib berkata lain, grup “Pasundan” Jawa Barat (Dai-Makbul) selesai. Digantikan grup “Majapahit” Jawa Timur ketika SBY berkuasa dimana Sutanto menjadi Kapolri.

Kembali ke Timur, setelah menjabat Kapolda Banten selama 3 th kemudian beberapa bulan menjabat Kaselapa Polri dan Sahli Kapolri. Dia pun dijadikan Kapolda Jawa Barat dengan pangkat bintang 2 dengan “tugas” mensukseskan Pemilu 2009 dan “mensukseskan” Demokrat dan SBY-Boediono di Jawa Barat dengan cara mengerahkan segenap potensi Keluarga Besar Polisi. Sukses bertugas, usai Pemilu 2009 sebagai "hadiah" Timur mendapat tugas sebagai Kapolda Metro Jaya. Tak sampai setahun menjabat Kapolda Metro, Timur diangkat sebagai Kepala Baharkam Polri dengan dianugerahi bintang 3.  Tak sampai setahun menjabat Kapolda Metro, Timur diangkat sebagai Kepala Baharkam Polri dengan dianugerahi bintang 3.

Sepekan sebagai Kepala Baharkam, Timur dipilih sebagai Kapolri. Setelah Susno “selesai”, SBY hanya inginkan Timur sebagai Kapolri. Itu sebabnya saat 3 nama yang disodorkan Kapolri BHD ke SBY sebagai kandidat Kapolri saat itu, yaitu Nanan Sukarna, Imam Sudjarwo dan Timur P, justru hanya nama Timur yang disodorkan SBY kepada DPR untuk di fit proper test. Hancurlah harapan Nanan dan trio serangkainya Djoko - I Ketut Untung Yoga Ana – Edward Aritonang.

Setelah Timur ditetapkan sebagai Kapolri, Nanan hanya kebagian jatah Wakapolri. Sejak itulah perseteruan senyap & dingin mulai berlangsung. Perseteruan tersebut sebenarnya sama saja ketika BHD menjabat Kapolri dimana Makbul sebagai Wakapolri. Namun BHD cenderung mengalah kepada Makbul, karena bagaimanapun Makbul adalah senior jauh BHD bahkan pernah menjadi atasan yang begitu dihormatinya.

Lain cerita dengan Timur dan Nanan. Memang Timur dan Nanan rekan satu angkatan sebagai taruna Akpol 1978. Tapi Nanan sebagai taruna terbaik peraih Adhi Makayasa Polri. Sedangkan Timur tergolong biasa-biasa saja. Nanan pun dianggap sebagai “sisa” kelompok Pasundan-nya Dai Bachtiar, dimana Nanan menjabat Wakapolda Metro Jaya (2003-2004) ketika Kapolda-nya dijabat Makbul Padmanegara. “cold fight” antara Timur dan Nanan memang semakin menghangat.

Berbagai gejolak sosial di tengah masyarakat dianggap “keteledoran” Nanan yang kurang maksimal membenahi internal Polri. Ledakan mercon di Gelora Senayan saat SBY menonton bola, peledakan bom di gereja di Solo, bentrokan di Bima, Lampung dll juga dianggap sebagai “kesalahan” Nanan. Belum lagi mutasi besar-besaran di kalangan Pamen dan Pati ketika awal2 Timur menjabat Kapolri dianggap upaya menempatkan “orang-orangnya” Nanan di berbagai jabatan strategis di kepolisian.

Kembali ke Djoko Soesilo. Saat di bulan2 terakhir BHD menjabat Kapolri, Ditlantas Mabes Polri dinaikkan levelnya menjadi Korp Lantas Polri. Saat itu posisi Direktur Lantas Mabes Polri dijabat Djoko Soesilo dengan pangkat Brigjen. Setelah sebelumnya Djoko menjabat sebagai Wakil Direktur Lantas Mabes Polri dengan pangkat Kombes. Sebelumnya, Djoko menjabat Direktur Lantas Polda Metro mengikuti Sespati bersama I Ketut Untung Yoga Ana dan Edward Aritonang.

Usai menjalani Sespati dimana Djoko Soesilo terpilih sebagai siswa terbaik, ia pun dipromosikan sebagai Wadirlantas Mabes Polri. Beberapa bulan menjabat Djoko Soesilo langsung naik sebagai Dirlantas Polri dengan pangkat bintang 1. Djoko yang menggagas Polisi Masyarakat (Polmas) oleh Kapolri BHD dinaikkan pangkatnya menjadi bintang 2 (Irjen), seiring dengan naiknya level Ditlantas Polri itu menjadi Korlantas Polri.

Salah satu kesuksesan Djoko saat menjabat Wadirlantas dan Dirlantas Mabes Polri saat Djoko “mengamankan” kepentingan tugas dan wewenang Polri ketika RUU Lalulintas dan Angkutan Jalan (RUU LLAJ) yang digodok di DPR pada Januari hingga Mei 2009. Saat itu dalam draft RUU LLAJ yang diajukan Kementerian Perhubungan (Pemerintah), disebutkan dalam salah satu pasalnya hendak mengambil alih proses penerbitan SIM, STNK dan BPKB menjadi salah satu tugas dan wewenang Kementerian Perhubungan. Tentu saja Polri “menjerit” dengan salah satu pasal dalam draft RUU itu. Sebab dalam hal SIM, STNK, BPKB – lah Polri mendapat pasokan “darah segar” dalam operasionalnya, termasuk menggemukkan pundi-pundi kekayaan para petinggi Polri itu.

Sekedar tahu saja, uang “suap” dan pungli diperoleh dari SIM, STNK, BPKB, mutasi, balik nama, pesanan nopol cantik, nopol khusus & nopol blank (bebas pajak) dan cek fisik. Khusus hanya di Polda Metro saja menerima sekitar Rp 2 milyar setiap harinya. Coba hitung kalau ada 33 Direktorat Lalulintas Polda di seluruh wilayah NKRI ini ?

Tim khususpun dibentuk Polri, yang dimotori Djoko Susilo sebagai Direktur Lalulintas Mabes Polri untuk menggagalkan rencana Pemerintah cq Kementerian Perhubungan itu. Djoko juga dibantu Edward Aritonang yang saat itu menjabat Kepala Divisi Humas Mabes Polri dan I Ketut Untung Yoga Ana sebagai Kabag Penerangan Umum Mabes Polri kemudian diporomosi menjadi Wakil Kepala Divisi Humas Mabes Polri.

Berbagai “gerilya” dilakukan. Mulai ke anggota DPR khususnya jajaran Komisi III yang membawahi kepolisian & Komisi V yang membawahi perhubungan. “Gerilya” juga dilakukan ke berbagai kantor media massa dan LSM-LSM. Para peneliti dan pemerhati perhubungan juga menjadi sasaran “proyek penggagalan” pasal yang diajukan pemerintah yang dinilai akan “merampas” kenikmatan duniawi mereka. Bidang komunikasi dilakukan Edward dan Ketut. Berbagai dalih diajukan, mulai dalih hanya polisi yang sangat mengerti ilmu forensik kendaraan, mencegah dan mengusut aksi terorisme dengan menggunakan bom mobil yang sudah direkayasa sehingga sulit diidentifikasi. Maupun mencegah maraknya kejahatan curanmor.

Banyak dalih2 lain yang diajukan, dengan menggunakan corong LSM, anggota dewan, pers dan peneliti dan pemerhati perhubungan yang sudah “dibeli”. Kerja tim khusus Djoko Soesilo, Edward Aritongang, I Ketut Untung Yoga cs sangat sukses. Mungkin ratusan milyar uang bahkan lebih yang “ditebar” untuk mengamankan wewenang2 Polri dalam lalulintas itu. Djoko dinilai sangat berhasil melakukan tugasnya sebagai motor tim khusus dalam menggagalkan keinginan Kemenhub. RUU LLAJ disahkan pada minggu keempat Mei 2009 dimana Polri tetap memegang wewenang tanpa berubah sedikitpun. Polri tetap memiliki wewenang menerbitkan SIM, STNK dan BPKB maupun wewenang lain terkait lalulintas itu. Saat sedang “ramai2nya” RUU LLAJ itu, di saat yang bersamaan itu, mencuat kasus pembunuhan Direktur PT RNI Nazrudin Zulkarnaen yang tewas ditembak di Tangerang. Ketua KPK Antasari Azhar yang saat itu sedang getol menyadap hubungan HP para petinggi Polri terseret menjadi tersangka utama pembunuhnya. Mungkin kalau Antasari Azhar tetap sebagai Ketua KPK saat itu, akan banyak petinggi Polri dan anggota dewan yang ditangkapinya karena terlibat transaksi jor-joran dalam proses tarik ulur RUU LLAJ itu.

Selanjutnya, ketika Djoko menjadi Korlantas dan Timur menjabat Kapolda Metro Jaya, benih-benih ketidak sukaan Timur kepada petinggi2 jajaran Lalulintas Polri terlihat ketika pengganti Djoko sebagai Direktur Lalulintas Polda Metro Jaya, Kombes Condro Kirono digantikan Kombes Royke Lumowa. Nanan-Djoko-Condro sebenarnya sudah punya calonnya sendiri sebagai penggantinya Condro sebagai Dirlantas Polda Metro Jaya. Tapi yang muncul justru Royke Lumowa yang diduga kuat sebagai orang “titipan” Cikeas, karena isterinya Royke adalah dokter tentara dari Kowad yang merupakan salah satu anggota tim kedokterannya Ibu Ani Yudhoyono.

Timur juga menjadi “tidak suka” kepada Djoko, selain karena Djoko sangat kental warna Nanan-nya. Juga karena Djoko mau menerima kenaikan pangkat bintang 2 dari Kapolri BHD. Padahal sebelumnya Timur sudah meminta Djoko agar mau menjadi Staf Ahlinya (Sahli) kalau dirinya menjabat Kapolri nantinya. Tapi Djoko berfikir lain, kesempatan harus diambil dan toh yang paling bagus potensinya menjadi Kapolri nantinya adalah Nanan. Tapi arah angin politik tidak dapat ditebak Djoko. Timur yang menjadi Kapolri.

Demi menjaga “kebersihannya” di mata Cikeas, dan karena muncul benih ketidaksukaannya pada Djoko, makanya Timur diketahui paling pantang menerima “upeti” dari jajaran Lalulintas yang dipimpin Djoko ini. Persoalan juga muncul saat Djoko menolak sistem Inafis dimasukkan sebagai program terpadu dalam proses pengambilan identitas bagi peserta SIM. “Program alat simulator pada proses pengambilan SIM harus jalan terus. Program Inafis silakan dilakukan sendiri oleh reserse (Bareskrim). Janganlah program identitifikasi pada Inafis dicampur baurkan dgn SIM,” begitu kira-kira dalih Djoko saat menolak dipadukannya program Inafis itu ke SIM.

Djoko pun kala itu sedang perlu dana untuk membangun Nasional TMC (NTMC) Korlantas Polri di samping TMC Polda Metro Jaya yang dibangun pula oleh Djoko. Djoko memang perwira pembangun. Saat itulah kekesalan Timur terhadap Djoko semakin menjadi. Tapi gaya “Majapahit” tetap berlaku. Walau “tidak suka” kepada Djoko. Tapi Timur tetap “merestui” Djoko menduduki jabatan Gub. Akpol yang dilantiknya pada 2 Maret 2012. Jebakan Batman ??

“Perseteruan” kembali menghangat karena Kapolri Timur Pradopo sudah harus pensiun pada 10 Januari 2013 di saat umurnya 57 thn. Siapa penggantinya? SBY berharap penggantinya Timur adalah “orang muda” yang berprestasi gemilang, cerdas, santun, rendah hati, penurut & yang utama, selain dapat mengamankan Pemilu 2014 juga dapat kendalikan Polri setelah SBY lengser setidaknya 4 th seusai Pemilu 2014.

Siapa? pilihan ada pada “2 anak muda” yang memenuhi kriteria tsb. Kapolda Jawa Barat Irjen Putut Bayu Eko Seno yang disukai Timur, dan Djoko Susilo perwira andalannya Nanan. Sama-sama Akpol angkatan 1984 dan sama2 lahir 1961. Keduanya baru pensiun dari Polri pada 2018, 4 thn setelah Pemilu 2014 atau setahun jelang Pemilu 2019. Djoko sangat memenuhi kriteria tapi Djoko belum pernah pegang komando wilayah setingkat Polda type A. Djoko Soesilo harus menjadi Kapolda. Syukur-syukur Kapolda Metro, baru selanjutnya layak mendapat bintang 3. Yang berarti tinggal selangkah lagi menjadi Kapolri. Bayangkan Kapolri dari jajaran lalulintas yang memang akan sangat langka.

Tapi Djoko memang istimewa. Mendapat beberapa penghargaan Presiden SBY. Prestasi Djoko jauh lebih baik dibanding Putut. Timur yang hanya dalam hitungan 5 bulan ke depan sudah harus masuk Masa Persiapan Pensiun (MPP) pasti dia “tidak terima”  kalau pengganti sementaranya Nanan Sukarna. Sebab Nanan pasti akan memuluskan menjadikan Djoko sebagai Kapolri. Timur pun tahu kasus Simulator SIM, dan menolak mentah2 “upeti” yang disodorkan Djoko. Timur tahu soal pemukulan terhadap Bambang Sukotjo. Timur tahu Sukotjo dijebloskan ke penjara lewat pengadilan Bandung Jawa Barat. Timur juga tahu upaya naik banding Sukotjo berbuah kenaikan jumlah hukuman yang diterima Sukotjo.

Majalah Tempo memblow up kasus ini hanya 50 hari sejak Djoko dilantik sebagai Gubernur Akpol. Majalah Forum mengikutinya. Media2 lain diam saja. Djoko sangat dekat dengan media dan pekerja pers. Sukotjo terus “berteriak” masalah ketidakadilan yang menimpanya. Bersama tim pengacaranya Sukotjo juga melapor ke KPK!

Gong berbunyi. Djoko yang sudah masuk “Jebakan Batman” harus menerima dampaknya. Pers harus menjadi gempar! 26 jam belasan penyidik KPK dan barang bukti yang disita harus “mendekam” di Mabak II (sebutan Markas Korlantas Polri). Jajaran Korlantas Polri yang sebelumnya sangat “welcome” saat KPK datang menggeledah yang dimulai jam 4 sore Senin 30 Juli. Tapi 4 jam kemudian mendadak didatangi jajaran reserse dari Bareskrim Mabes Polri, bahkan disusul dengan kedatangan Kepala Bareskrim Mabes Polri Komjen Sutarman.

Jajaran Bareskrim langsung menghalangi proses penggeledahan. Cekcok mulut dan pelarangan keras terlontar dari pihak reserse. Para petugas Korlantas hanya “melongo” bingung dengan apa yang sedang terjadi. Tengah malamnya 3 pimpinan KPK termasuk Abraham Samad datang. Perdebatan 3 pimpinan KPK itu berlangsung 3 jam dari tengah malam Senin 30 Juli itu hingga jam 3 pagi Selasa 31 Juli dengan Kabareskrim Sutarman yang didampingi beberapa direktur penyidiknya. Perdebatan menemui jalan buntu.

Jam 6 pagi keluar statement KPK, Irjen Djoko Soesilo jadi tersangka KPK. Jam 8 pagi pernyatan resmi KPK keluar lagi. “Irjen Djoko Soesilo jadi tersangka KPK dalam kasus Simulator SIM”. Bayangkan, Gubernur Akpol Irjen Djoko Susilo yang begitu cemerlang karir kepolisiannya jadi tersangka kasus korupsi oleh KPK.

Tapi berita memang belum mencapai “ledakan” maksimal. Barang bukti dan penyidik KPK tetap dihalangi keluar dari markas Korlantas itu. Berita semakin dramatis. Sepanjang hari Selasa 31 Juli mulai pagi hingga sore berita di internet (online) khususnya, maupun di radio dan televisi berita di dominasi insiden “penyanderaan” dan jadi tersangkanya Irjen Djoko Soesilo sang Gubernur Akpol. Wartawan dan fotografer pers dari berbagai penjuru memenuhi Mabak II. Puluhan wartawan yang di Semarang “memburu” Irjen Djoko Soesilo di komplek Akpol. Menkopolhukam angkat bicara, “Engak ada cecak dan buaya jilid II”.

GONG! Besoknya Rabu 1 Agustus nyaris semua koran nasional dan lokal memuat berita utama : “Irjen Djoko Susilo Gubernur Akademi Kepolisian menjadi tersangka korupsi KPK !!!” 

“Perang ala Majapahit” sukses? Nanan yang sering membuat “mangkel” Timur disebut-sebut menerima “upeti” dari proyek Simulator SIM itu? berapa? 10 milyar? 20 milyar? 30 milyar? siapa lagi perwira tinggi Polri yang menerima? Semua tergantung Djoko saat diperiksa penyidik KPK yang hanya berpangkat Komisaris Polisi (Kompol). Bintang 2 (Irjen) diperiksa melati 1 (kompol). Tamat riwayat kepolisian Djoko Soesilo.

Djoko sudah habis..bis..bis.. Hancur nama besarnya. Bisa masuk penjara. Dan yang pasti tidak mungkin jadi Kapolri. Sekian "Kasus Korupsi Irjen Djoko S dan Perang Bandar di Tubuh Polri" terima kasih yang sudah menyimak. 

Inafis: proyek Komputerisasi IT sidik jari, yang mark up harganya & gagal..ada dugaan Djoko yang membocorkan & menggagalkan proyek bareskrim ini tetap akibat dari pertarungan internal Polri