Jumat, 22 Juni 2012

Perampokan Kekayaan Alam oleh Elit Partai dan Pejabat

by @TrioMacan2000

Mana ada ketua partai yg miskin. Semua kaya raya. Apalagi jika main konsesi tambang. ARB saja punya tambang batubara yg depositnya lebih 3 milyar ton. Dengan harga per ton USD 90, kalikan saja kekayaan kotor ARB yg hanya dari batubara = USD 270 milyar. Itu Sumber daya alam dari negara lho. Jika harga pokok produksinya dan pajak2 diasumsikan USD 200 M, kekayaan bersih ARB itu = USD 70 M atau Rp. 650 triliun.  Dahsyat kan ???

Memang saat ini masih sebagian kecil deposot tambang batubara itu yg sudah diexploitasi. Tapi kita dapat gambaran betapa kayanya ketua partai. Belum lagi tambang emas, perak, nikel, bauksit, besi dll yg dimiliki oleh ARB dan ketua2 partai dan elit2 bangsa ini. Ratusan Triliun !

Apakah salah jika para elit kita seperti : ARB, SBY, JK, Wiranto, Prabowo, Mega, Surya Paloh, Hatta dll punya konsesi tambang sumber daya alam? Sepanjang konsesi2 tambang itu diperoleh dengan cara2 yg benar, dikelola dengan benar, pajak2 dibayar & hasilnya dirasakan oleh rakyat..yg ga apa2. Yang celaka dan biadab jika elit2 kita itu dapatkan konsensi tambang, hutan, kebon dll dengan cara2 yg langgar hukum, pajak ga dibayar dst. Apalagi jika ternyata elit2 kita itu bertindak seperti perampok. SDA kita dikuras, pajak ga dibayar, rakyat ga ikut nikmati, simpan harta di LN.

Negara kita yang sangat kaya sumber daya alam, selama ini kan hanya jadi bancakan dan rampokan para elit dan penguasa aja. Rakyat jadi penonton. Selama ini data dan informasi mengenai perampokan sumber daya alam kita oleh elit/penguasa dan patner2 asingnya selalu ditutup2i. Rahasia. Selain elit2 tadi, tentu pejabat2 tinggi, sipil dan militer, anggota DPR, kepala daerah2 dll...juga sudah bagi2 semua kekayaan alam negara ini.

Batalkan izin ekplorasi dan ekpolitasi tambang batubara dan mineral yg dikuasai swasta secara berlebihan. Harusnya negara yg kelola. Tapi repotnya PT. Bukit Asam yg punya lahan tambang luar biasa besar, keuntungan tahunannya kok kecil banget dibandingkan swasta? Korupsi?

Salah 1 alasan ARB setujui Alex Nurdin jadi Cagub DKI Golkar ya jasa AN bantu ARB kuasai konsesi batubara di sumsel yg depositnya 2 milyar ton. Dari USD 160 M itu asumsikan saja pajak2 dan biaya operasional 80% maka ARB hasilkan USD 160 x (80%) = USD 32 milyar = Rp. 300 triliun !!! Sementara itu harga batubara dunia semakin lama semakin naik seiring naiknya harga minyak dunia. Harga batubara pasar dunia sekarang USD 110/ton. Dengan harga USD 110/ton x 2 milyar ton = USD. 220 milyar x (80%) = USD 44 milyar = Rp. 400 triliun !! Itu net kekayaan ARB hanya dari 1 tambang.

Relasi dari China yang survey ke Banjarmasin kaget2 ga percaya lihat kemiskinan di Banjarmasin. "kemana hasil tambang kalian?" kok tetap miskin?

Dengan kekayaan alam yg luar biasa ini harusnya Indonesia bisa lebih makmur dan sejahtera 3-5x lipat dari keadaan sekarang. Tapi semua dirampok.

KPK juga pernah publikasikan tunggakan pajak perusahaan migas 7 triliun. Tapi SBY diam saja. KPK ga bisa masuk karena bukan pidana korupsi. Tahun lalu KPK pernah publikasikan ratusan IUP tambang batubara yg ga bayar pajak. Kerugian negara hampir 200 Triliun. Tapi SBY diam saja.

Di China, tambang yg dikelola swasta jelas pajak dan royaltinya. Di Indonesia, pajak dan royalti sebagian besar masuk kantong pejabat2 ! Salah satu faktor utama kenapa China bisa menjadi negara kaya makmur adalah karena pemerintahnya kelola tambang dgn benar. Tidak seperti RI

Semua komponen rakyat harus bergerak sadarkan SBY untuk selamatkan SDA kita. SBY saat ini tersandera karena rampok2 itu mungkin donatur kampanyenya. Beberapa waktu yg lalu saya dapat info bahwa pemerintah baru saja berikan lagi ARB konsesi tambang seluas Arutmin di Papua. Suap SBY pada ARB?

Mau tau indikasi SBY juga "bermain" di SDA kita? Lihat saja penempatan Jero Watjik sebagai MenESDM. Diduga tujuannya hanya untuk kumpulkan UANG !

Jadi kesimpulan singkatnya : penguasa, pengusaha, mafia2 merampok kekayaan SDA kita tanpa pedulikan nasib rakyat ! Bajingan bejatkan??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar