Jumat, 22 Juni 2012

Pertarungan internal demokrat part 3

By @triomacan2000

Kenapa Anas yg jadi sasaran utama dari opini negatif? Selain Anas memang jadi target operasi Cikeas, dia juga "musuh" semua parpol dan capres. Dari tadi malam sampai pagi ini ramai dibicarakan orang tentang statement SBY : "Kader Bermasalah Mundur Saja dari Partai". Apakah yg luar biasa dari statement SBY itu? Tidak ada. Pernyataan seperti itu sudah berulang kali dilontarkan SBY. Seingat saya min. 6 kali. Statement SBY tadi malam sebenarnya hanya memperkeruh suasana internal partai dan hanya untuk menyenangkan kelompok2 faksi non anas. Statement SBY itu sendiri tidak jelas ditujukan kepada siapa. Kader "bermasalah" di PD banyak. Tapi, masyarakat banyak duga ditujukan ke Anas. Padahal untuk Anas sendiri, SBY sebenarnya sudah mengetahui persis posisi hukum Anas yg jauh dari keterlibatan korupsi utamanya di Hambalang. Tidak ada bukti : Anas terima uang yang 50 M, uang 50 M itu betul untuk pemenangan Anas, Uang 50 M diterima oleh Nazar, dst..dst. Sampai saat ini tidak ada 1 bukti pun bahwa Anas PERNAH menerima uang 50 M. Dan tidak ada bukti Nazar PERNAH terima 50 M. Hanya pengakuan Nazar. Status Nazar yg jadi "bohir atau sponsor" ke 3 Calon Ketum di Kongres PD, Nazar malah untung banyak, karena dia kumpulkan uang dari mana2. Bahkan menurut Yulianis, Nazar untung puluhan milyar dari "jualannya" mendukung ketiga calon ketum PD. Ibarat terima 100 tapi sebarkan 50. Kembali ke Statement SBY. Kader bermasalah yg dimaksud SBY itu siapa? Apa definisi "kader bermasalah" itu? Bermasalah dengan opini atau hukum?. Kalau kader bermasalah secara hukum dalam artian dirinya sedang dalam keadaan terperiksa, maka statement SBY lebih ditujukan pada Andi M cs. Andi Malarangen cs saat ini sedang diperiksa KPK terkait korupsi Hambalang. Uang suap puluhan M diterima adik dan sekretarisnya. Bahkan sekretaris menpora wafid muharam sudah divonis karena terima suap.

Hambalang adalah proyek yang 100% dikontrol oleh Andi Malarangeng. Penentuan adhi karya sebagai pemenang pun yg mengatur adalah andi & choel malarangeng, bukan anas. Ini harus disadari publik.  Fakta2 hukum menunjukan bahwa Andi Malarangeng cs sudah layak ditetapkan jadi tersangka. Bahkan dulu pun sudah pernah dinyatakan sebagai tersangka. Lalu kenapa opini publik menganggap bahwa pernyataan SBY itu ditujukan ke Anas? Jelas karena, opini publik memang dibentuk dengan sasaran ke Anas. Pembentukan opini, pelaksanaan opsus, serangan2 tanpa dasar dari Nazar dan lawyernya dll...telah berhasil mencecoki publik dengan info2 sesat. Hotman Paris sendiri pernah mengatakan : bagaimana Anas bisa dinyatakan tersangka, wong diperiksa saja Anas tidak pernah??. Kenapa KPK tidak periksa Anas? Ya karena KPK tidak menemukan petunjuk apapun yg mengarah ke keterlibatan Anas di kasus korupsi Hambalang. Kelompok Cikeas dan faksi non Anas sebenarnya sudah frustasi karena kegagalan mereka menjatuhkan Anas dari jabatan ketum PD. Operasi penjatuhan Anas dengan segala macam cara ini sudah berlangsung 2 thn tapi hanya hasilkan : Kehancuran pada Partai, bukan pada Anas.

Sekarang serangan gelombang ke 5 sedang diluncurkan. Untuk perkuat serangan ini Neneng "dikembalikan" ke KPK. Tujuannya agar Neneng bersaksi. Namun, perlu diketahui publik bahwa PT. DSC itu bukan milik Istri Anas. Perannya hanya sebagai pemegang saham minoritas dan komisaris. Secara hukum, komisaris tidak ikut campur dalam operasional perusahaan dan tidak bisa dihukum atas tindakan2 yg ditempuh direksi. Namun, sesuai dengan skenario yg telah disusun oleh kelompok musuh2 Anas, kontruksi pembentukan opini / fitnah tetap akan dilancarkan kepada Anas. Sama halnya dengan semua kesaksian Nazar terutama yg dilontarkan untuk konsumsi media, semua diatur sesuai skenario yg sudah disusun. Substansi rekayasa kesaksian nazar ini adalah : semua kesalahan dan dosa harus dilemparkan ke wajah Anas. Soal "bukti2" disiapkan belakangan. Perang Anas vs Cikeas ini akan lebih seru. "Kepergian" Ani SBY dan "kedatangan" Neneng yg terjadi bersamaan bukanlah suatu kebetulan. Neneng dan anaknya sudah jadi rahasia umum selama ini "disimpan" oleh kelompok tertentu untuk dijadikan sandera dan jaminan agar Nazar tunduk. Dengan sandera neneng dan anaknya, Nazar dipaksa untuk jalankan skenario Cikeas. Nazar kirim pesan : " Pak Presiden Jangan Ganggu Anak istri saya". Pesan Nazar via surat : "Jangan ganggu anak dan istri saya" itu langsung direspon SBY kurang dari 24 jam. Publik/rakyat indonesia bertanya2. Sayang penasaran publik itu tidak dikembangkan media dan pengamat lebih dalam. "Kesepakatan" apa yg sesungguhnya terjadi antara SBY dan Nazar. Coba kita lihat fakta2 yg ada di depan mata : nazar tidak buka mulut lagi mengenai suap yg diberikan kepada Ibas dan Ani SBY, vonis ringan. Publik sudah tahu bagaimana Nazar hanya divonis sangat ringan oleh majelis hakim. Padahal dia adalah otak dari banyak kasus korupsi. Publik juga ingat, bagaimana Nazar hanya 2 kali menyebutkan keterlibatan Ani SBY dan Ibas. Tapi setelah itu, Nazar bungkam. Nah, kembali ke statement SBY. Publik kemungkinan akan terkecoh. Orang yg dimaksud oleh SBY itu bukan Anas tapi Andi Malarangeng. KPK sudah tinggal seujung kuku lagi untuk tetapkan menpora andi M sebagai tersangka. Andi "anak kesayangan" SBY dan Ani SBY. Ani meradang. Kemarahan dan kegusaran Ani SBY sangat nyata. Sasaran tembaknya Anas tapi kok Andi yg "kena". Apakah itu dibalik kepergian Ani ke AS?

Apakah kepergian Ani SBY ke AS bersama Ibas untuk redakan emosinya sekaligus hindarkan dirinya yg dikejar2 Andi M untuk minta perlindungan?. Statement SBY itu ditujukan pada Andi Malarangeng cs yg selama ini tidak bisa ditindak tegas karena selalu berlindung di balik Ani SBY. Kepergian Ani Sby dan Ibas ke AS menyebabkan pelindung Andi Malarangeng cs sudah tidak ada lagi. Demikian juga dengan opsus TB Silalahi. Opsus yg dikomandani TBS selama ini juga menyatakan bahwa operasi penjatuhan Anas itu "direstui" oleh Ani SBY. Sekarang semua kehilangan induk. SBY tentu bersikap lebih matang dan berpandangan jauh ke depan. SBY selama ini hanya terseret2 dalam pusaran perang faksi Anas dan Non Anas. Kebimbangan SBY untuk mengambil posisi yg jelas dan keinginannya untuk berdiri di atas semua faksi malah kenyebabkan "perang" semakin besar.

SBY sendiri sudah berulang kali mendesak Anas untuk "bicara dan tampil" ke publik. Aktif membela diri dan partai. Tapi Anas tetap enggan. Kenapa Anas tidak mau tampil ke publik dan bicara pada media? Anas melihat Pers cenderung "memusuhi" dia. Ucapan2nya sering diplintir. Bahkan terakhir ucapannya bahwa dia bersedia digantung di Monas jika ada terima 1 sen pun korupsi Hambalang, malah diplintir & jadi bahan olok2an. Kenapa Anas tidak bisa bangun opini positif untuk dirinya ? Apakah Anas tidak punya logistik untuk bisa buat perimbangan opini?. Yang pasti, Anas memang punya kontribusi terhadap opini jelek tentang dirinya dan partai demokrat. Dia harus melawan opini. Jangan membiarkannya. Pepatah : diam itu emas tidak berlaku dalam panggung politik. Komunikasi, artikulasi dan pembentukan opini adalah bagian alat politik. Anas harus segera bangun dan manfaatkan optimal jaringan politik dan media. Saat sekarang adalah saat yg tepat ketika Ani SBY sudah "undur diri". Anas juga dapat menggunakan jasa lawyer yg terkenal mumpuni memberikan kecerdasan publik dalam memandang suatu kasus, seperti Hotma Sitompul. Sudah saatnya Anas keluar dari pertapaannya & sebagai motor penjernihan opini. Sebelum semuanya terlambat dan opini terlanjur menjadi hukum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar